Mengenal DART, Misi Bunuh Diri NASA Halau Asteroid Tabrak Bumi

NASA melakukan berbagai cara agar dapat mencegah asteroid menabrak bumi.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 17 Mei 2024, 01:00 WIB
Diterbitkan 17 Mei 2024, 01:00 WIB
Ilustrasi pesawat ruang angkasa DART NASA dan LICIACube Badan Antariksa Italia (ASI) sebelum menabrak asteroid Didymos. (NASA / Johns Hopkins APL / Steve Gribben)
Ilustrasi pesawat ruang angkasa DART NASA dan LICIACube Badan Antariksa Italia (ASI) sebelum menabrak asteroid Didymos. (NASA / Johns Hopkins APL / Steve Gribben)

Liputan6.com, Jakarta - Asteroid adalah batuan luar angkasa yang berputar mengelilingi matahari. Objek luar angkasa ini merupakan salah satu bahaya terbesar bagi bumi.

Tabrakan asteroid di masa lampau telah menyebabkan kepunahan massal, dan potensi tabrakan di masa depan masih menjadi ancaman nyata. Badan Penerbangan Antariksa Amerika Serikat (NASA) memprediksi 25.000 asteroid, dengan panjang hingga 460 kaki, yang terbang di angkasa dekat bumi.

Asteroid-asteroid ini menjadi ancaman serius bagi bumi di masa yang akan datang. Kekuatan ledakan akibat asteroid diperkirakan akan memusnahkan sebuah kota seperti bom nuklir non-radioaktif.

NASA melakukan berbagai cara agar dapat mencegah asteroid menabrak bumi. Melansir laman resmi NASA pada Rabu (15/05/2024), para ilmuwan berencana mengubah lintasannya dengan menabrakkannya menggunakan pesawat ruang angkasa.

Misi penabrak asteroid ini diberi nama DART (Double Asteroid Redirection Test). Wahana antariksa seukuran mobil van ini dirancang khusus untuk misi bunuh diri.

Untuk menguji teknik defleksi ini, DART menabrak asteroid dekat Bumi sepanjang 170 meter bernama Dimorphos dengan kecepatan 14.000 mil per jam pada September 2022. Hasil uji coba tabrakan tersebut berhasil menggeser orbit batu angkasa tersebut.

Demonstrasi tersebut menunjukkan bahwa tumbukan kinetik dapat membelokkan asteroid berbahaya jika berada di jalur tabrakan dengan bumi.

Dimorphos dan Didymos merupakan pasangan asteroid yang mengorbit di sekitar matahari. Satu-satunya orbit akan diubah secara terukur oleh DART adalah orbit Dimorphos, asteroid kecil yang mengorbit kepada Didymos dengan besar.

 

Sebabkan Asteroid Pecah

Namun, kini sebuah studi baru yang diterbitkan di Planetary Science Journal pada 2024 menunjukkan dampaknya tidak hanya mengubah pergerakan asteroid, tetapi juga bentuknya. Asteroid yang ditabrak menghasilkan segerombolan batu besar yang ditemukan menyelimuti Dimorphos beberapa bulan setelah dampak.

Batu-batu besar yang relatif kecil ini tidak menimbulkan ancaman bagi Bumi, tetapi para ilmuwan bertanya-tanya di mana batu-batu tersebut akan berakhir. Sebuah penelitian terbaru pada 2024 yang terbit dalam Astrophysics Cornell University telah memberikan beberapa jawaban atas perkiraan jatuhnya batuan hasil tabrakan tersebut.

Dengan cermat, peneliti melakukan simulasi berbagai cara batu-batu besar ini mengorbit Matahari selama 20.000 tahun ke depan. Para ilmuwan menemukan bahwa tidak ada kemungkinan batu-batu besar tersebut terbakar di langit bumi.

Sebagai informasi DART adalah misi pertama yang dikembangkan oleh NASA Planetary Defense Coordination Officer. Lembaga ini merupakan bagian dari perencana pertahanan planet dari NASA secara luas.

DART diawasi oleh Cubesat dari Badan Antariksa Italia. Selain itu ESA akan mengirimkan pesawat luar angkasa HERA dua tahun kemudian untuk mengecek hasil kerja DART.

 

Keberadaan Asteroid Ancam Bumi

Para ilmuwan berhasil mengidentifikasi sebuah asteroid yang berpotensi mengancam bumi. Asteroid ini diberi nama Apophis atau 99942 Apophis.

Para ilmuwan sempat mengklasifikasikan objek luar angkasa ini sebagai asteroid berbahaya dan diprediksi akan menghantam bumi sekitar 2029 mendatang. Jika benar menghantam bumi, Apophis disebut-sebut mampu menghancurkan satu kota tanpa tersisa.

Melasir laman Space pada Rabu (15/05/2024), Roy Tucker, David Tholen, dan Fabrizio Bernardi merupakan orang-orang yang pertama kali mengidentifikasi keberadaan asteroid ini pada 19 Juni 2004 di Observatorium Nasional Kitt Peak, Arizona, Amerika Serikat.

Pengamatan awal menunjukkan kemungkinan tabrakan dengan bumi pada 13 April 2029, dengan peluang mencapai 2,7 persen. Kemungkinan ini memicu kekhawatiran global dan mendorong komunitas astronomi untuk melakukan observasi lebih lanjut.

Asteroid Apophis memiliki bentuk layaknya sebuah kacang yang bisa dibilang sudah sangat tua. Ia tercipta dari sisa-sisa material yang membentuk tata surya kita sekitar 4,6 miliar tahun yang lalu.

Mengutip NASA, Apophis memiliki diameter rata-rata sekitar 340 meter. Saat ini, sang asteroid sedang bergerak dengan kecepatan 29,98 km/detik untuk mengelilingi jalur orbitnya ke matahari.

Butuh waktu setidaknya 324 hari bagi Apophis untuk menyelesaikan jalur orbitnya tersebut. Menariknya, jarak rata-rata dari Apophis dengan matahari terbilang mirip dengan jarak bumi ke bintang tata surya kita tersebut.

Dikutip European Space Agency (ESA), Rabu (15/05/2024), proses observasi menggunakan radar yang dilakukan NASA Goldstone Deep Space Communication Complex dan Green Bank Observatory berhasil mengambil sejumlah data penting tentang lintasan orbit dari asteroid Apophis. Hasilnya, memang benar kalau pada 2029 nanti Apophis akan melintasi orbit bumi.

Bahkan, jaraknya relatif dekat, yakni sekitar 32 hingga 35 ribu km atau sekitar sepuluh kali lebih dekat dari jarak bumi dengan bulan. Orbit beberapa satelit geosinkron pun masih lebih jauh ketimbang jarak Apophis dengan bumi saat itu.

Akan tetapi, sang asteroid tidak akan menghantam bumi, melainkan hanya lewat saja. Ahli astronomi bernama Paul Wiegert bersama Benjamin Hyatt dari Western University dan Waterloo University dalam Planetary Science Journal menyebut kalau 99942 Apophis akan berjumpa asteroid lain bernama 4544 Xanthus.

Pertemuan ini diperkirakan terjadi sekitar Desember 2026.

(Tifani)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya