Atasi Tingkat Kesuburan yang Menurun Drastis, Pemerintah Tokyo Luncurkan Aplikasi Kencan

Pemerintah Jepang telah meluncurkan berbagai inisiatif yang mendorong pernikahan dan kelahiran anak termasuk pemberian insentif hingga meluncurkan aplikasi kencan, yang baru-baru ini dilakukan oleh pemerintah Tokyo.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 10 Jun 2024, 14:07 WIB
Diterbitkan 10 Jun 2024, 14:00 WIB
FOTO: Cegah COVID-19 Omicron, Jepang Larang Masuk Semua Warga Asing
Orang-orang yang memakai masker berjalan di sekitar persimpangan Shibuya Tokyo, Jepang, Senin (29/11/2021). Penutupan pintu untuk warga negara asing ke Jepang hanya bersifat sementara hingga diperoleh informasi lanjutan tentang varian Omicron. (AP Photo/Kiichiro Sato)

Liputan6.com, Tokyo - Tingkat kesuburan masyarakat Jepang, yang telah mengalami penurunan drastis selama bertahun-tahun, kembali mencapai rekor terendah.

Merespons hal tersebut, pemerintah setempat telah berusaha keras untuk mengurangi dampaknya dengan meluncurkan badan-badan pemerintah baru yang fokus menangani masalah ini.

Dilansir CNN, Senin (10/6/2024), pemerintah telah meluncurkan inisiatif seperti memperluas fasilitas penitipan anak, menawarkan subsidi perumahan kepada orang tua, dan di beberapa kota, bahkan membayar pasangan untuk memiliki anak.

Terbaru, pemerintah Tokyo mencoba cara baru dengan meluncurkan aplikasi kencan yang dikelola pemerintah, yang sedang dalam tahap pengujian awal dan akan beroperasi penuh pada akhir tahun ini.

"Silakan gunakan ini sebagai ‘langkah pertama’ untuk memulai misi pernikahan," bunyi situs web aplikasi tersebut, seraya menambahkan bahwa sistem perjodohan AI disediakan oleh Pemerintah Metropolitan Tokyo.

Pengguna diminta untuk mengikuti "tes diagnostik nilai", namun ada juga opsi untuk memasukkan sifat-sifat yang diharapkan dari calon pasangan.

"Berdasarkan nilai-nilai yang Anda cari dari seorang pasangan, yang dapat ditentukan dengan melakukan tes diagnostik, AI akan memperkenalkan Anda kepada orang yang cocok," lanjut pernyataan tersebut.

 

Syarat Pengguna Aplikasi Kencan

Jepang Cabut Pembatasan Wisatawan, Turis Asing Kembali Kunjungi Distrik Asakusa Tokyo
Turis asing beristirahat sambil menikmati es krim saat mereka mengunjungi distrik hiburan Asakusa, Tokyo, Jepang, Senin (17/10/2022). Pembukaan kembali wisatawan asing untuk memperbaiki kembali kegiatan industri pariwisata, sosial ekonomi Jepang dan menghidupkan kembali permintaan yang terdampak pandemi dan merevitalisasi daerah-daerah. (AP Photo/Hiro Komae)

Situs web tersebut menyatakan sejumlah syarat bagi pengguna termasuk harus berstatus lajang, berusia di atas 18 tahun, memiliki keinginan untuk menikah dan tinggal atau bekerja di Tokyo.

"Kami berharap setiap dari Anda yang ingin menikah akan memikirkan apa arti ‘berpasangan’ bagi Anda," bunyi pernyataan di web tersebut.

Web tersebut juga mencantumkan langkah-langkah pemerintah lainnya untuk mendukung pasangan menikah – seperti memberikan informasi mengenai keseimbangan kehidupan kerja, perawatan anak dan dukungan perumahan, partisipasi laki-laki dalam pekerjaan rumah tangga dan mengasuh anak, serta konseling karir.

Aplikasi ini turut menarik perhatian miliarder Elon Musk, yang menulis di X, sebelumnya Twitter.

"Saya senang pemerintah Jepang menyadari pentingnya masalah ini. Jika tindakan radikal tidak diambil, Jepang (dan banyak negara lainnya) akan lenyap!"

Angka Kelahiran di Jepang Menurun

Menengok Pengungsi Korban Topan Hagibis di Jepang
Seorang wanita memberi makan anaknya di tempat penampungan evakuasi di Nagano, Jepang (14/10/2019). Topan Hagibis melanda Jepang pada 12 Oktober, melepaskan angin kencang dan hujan lebat di 36 dari 47 prefektur di negara itu, dan memicu tanah longsor dan banjir besar. (AFP Photo/Kazuhiro Nogi)

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan, Jumat (7/6), Jepang, negara berpenduduk 123,9 juta orang ini hanya mencatat 727.277 kelahiran pada tahun 2023.

Sementara tingkat kesuburan – yang didefinisikan sebagai jumlah total kelahiran yang dialami seorang perempuan sepanjang hidupnya – turun dari 1,26 menjadi 1,20.

Agar suatu populasi tetap stabil, diperlukan tingkat kesuburan sebesar 2,1. Jumlah di atasnya akan menyebabkan peningkatan populasi, dengan sebagian besar anak-anak dan dewasa muda, seperti yang terlihat di India dan banyak negara Afrika.

 

Tingkat Kesuburan Jauh di Bawah Stabil

20151123-Lomba Bayi Merangkak-Jepang-AFP Photo
Bayi bersaing dalam kompetisi 'Bayi Merangkak' yang diselenggarakan oleh sebuah majalah Jepang yang mengkhususkan diri dalam kehamilan, persalinan dan membesarkan anak, di Yokohama, , Jepang, Senin (23/11/2015). (AFP Photo/Kazuhiro Nogi)

Namun di Jepang, tingkat kesuburan berada jauh di bawah angka stabil yaitu 2,1 selama setengah abad.

Menurut ahli, angka tersebut turun di bawah angka tersebut setelah krisis minyak global tahun 1973 mendorong perekonomian ke dalam resesi, dan tidak pernah pulih.

Tren penurunan ini semakin cepat dalam beberapa tahun terakhir, dengan jumlah kematian yang melebihi jumlah kelahiran setiap tahunnya dan menyebabkan total populasi menyusut – dengan konsekuensi yang luas terhadap tenaga kerja, perekonomian, sistem kesejahteraan, dan tatanan sosial di Jepang.

Kementerian Kesehatan juga mencatat 1,57 kematian pada tahun 2023, lebih dari dua kali lipat jumlah kelahiran.

Sementara itu, jumlah angka perkawinan juga turun sebanyak 30.000 tahun lalu, sementara jumlah perceraian meningkat.

Para ahli mengatakan penurunan tersebut diperkirakan akan terus berlanjut setidaknya selama beberapa dekade dan sampai batas tertentu yang tidak dapat diubah karena struktur populasi negara tersebut. Bahkan jika Jepang ingin meningkatkan tingkat kesuburannya, populasinya akan terus menurun sampai rasio antara penduduk muda dan penduduk lanjut usia seimbang.

Infografis Gen Z Dominasi Penduduk Indonesia
Infografis Gen Z Dominasi Penduduk Indonesia (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya