Fosil Kera Terkecil Ditemukan di Jerman, Diperkirakan Berusia 11 Juta Tahun

Spesies ini merupakan bagian dari keluarga leluhur yang memunculkan manusia modern, gorila, dan simpanse.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 10 Jun 2024, 18:35 WIB
Diterbitkan 10 Jun 2024, 18:35 WIB
Ilustrasi Kera atau Simpanse (sumber: unsplash)
Ilustrasi Kera atau Simpanse (sumber: unsplash)

Liputan6.com, Berlin - Kera terkecil, diperkirakan berusia 11 juta tahun yang lalu, telah ditemukan di Jerman.

Makhluk kecil ini, jauh lebih kecil dibandingkan kera lainnya yang pernah tercatat, diperkirakan hanya memiliki berat 10 kg atau setara dengan balita manusia.

Spesies yang diberi nama Buronius manfredschmidi ini merupakan hominid purba, bagian dari keluarga leluhur yang memunculkan manusia modern, gorila, dan simpanse.

"Genus baru ini jauh lebih kecil daripada hominid hidup atau fosil apa pun," kata Prof Madelaine Böhme, ahli paleontologi di Universitas Tübingen, yang memimpin penelitian, seperti dilansir The Guardian, Senin (10/6/2024). 

"Itu membuatnya sangat tidak biasa."

Elemen mengejutkan lainnya adalah bahwa spesies yang baru ditemukan ini diperkirakan hidup berdampingan dengan hominid lain yang jauh lebih besar, yang disebut Danuvius guggenmosi. Sisa-sisa fosil kera yang lebih besar sebelumnya diperkirakan berasal dari periode yang sama di situs fosil yang sama di Bavaria.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Temuan Gigi

Ilustrasi simpanse
Ilustrasi simpanse (pixabay.com)

Temuan kera ini diwakili oleh sebagian sisa dua gigi dan satu tempurung lutut, yang ukuran dan bentuknya menunjukkan bahwa Buronius adalah seorang pemanjat yang mahir.

Enamel yang tipis dan sedikit keausan pada giginya menunjukkan bahwa ia mengonsumsi buah-buahan dan daun-daunan yang lembut.

Ukurannya yang kecil memungkinkannya hidup di ketinggian.

Sebaliknya, Danuvius jauh lebih tinggi dan kokoh, dianggap sebagai omnivora dan beberapa orang berpendapat bahwa adaptasi untuk menahan beban pada sendi lututnya memberikan bukti adanya bentuk bipedalisme primitif.

Perbedaan gaya hidup kemungkinan besar memungkinkan kedua spesies ini berbagi habitat tanpa bersaing memperebutkan sumber daya, serupa dengan siamang dan orangutan modern di Kalimantan dan Sumatera. Penemuan ini dapat membantu para ilmuwan memahami keanekaragaman hominid selama zaman Miosen akhir, ketika setidaknya 16 spesies kera besar terdapat di Eropa.


Tinggal di Habitat yang Berbeda dengan Lainnya

Ilustrasi Monyet
Ilustrasi monyet menculik dan membawa anak perempuan ke hutan. (Unsplash/Olivier Guillard)

Böhme mengatakan tidak jelas bagaimana Buronius bisa menjadi jauh lebih kecil dibandingkan hominid lainnya, namun salah satu kemungkinannya adalah ukurannya memungkinkannya menempati relung ekologi yang berbeda dari tetangganya yang lebih besar. Kemungkinan lainnya adalah Buronius mewakili versi kera besar yang lebih tua.

"Sulit untuk mengatakan mengapa tidak ada hominid kecil yang hidup saat ini," katanya.

"Dalam garis keturunan evolusioner, Anda biasanya memulai dari yang kecil dan menjadi lebih besar, dan (setelah Anda lebih besar) biasanya Anda tidak kembali lagi."

Ada Cara Seru Kenalkan Beragam Hewan Kepada Anak-Anak, Seperti Apa Itu?
Infografis Kinderjoy
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya