Liputan6.com, Jakarta - Yi So Yeon merupakan astronaut perempuan pertama asal Korea Selatan. Ia lahir di Gwangju pada 2 Juni 1978.
Melansir laman resmi Britannica pada Selasa (11/06/2024), Yi So Yeon memperoleh gelar sarjana dan magister di bidang teknik mesin di Korea Advanced Institute of Science and Technology (KAIST) pada 2001 dan 2002. Selain itu, Yi So Yeon juga memperoleh gelar MBA dari University of California, Berkeley.
Pada 2006, Yi So Yeon sedang mengerjakan gelar Ph.D. di KAIST ketika dia dipilih oleh program luar angkasa Korea Selatan dari 36 ribu pelamar untuk berlatih di Rusia untuk penerbangan ke Stasiun Luar Angkasa Internasional. Sebelumnya, Yi So Yeon hanyalah astronaut pengganti.
Advertisement
Ia menggeser posisi Ko San, yang didiskualifikasi setelah kedapatan menggunakan dokumen teknis tanpa izin dari pusat pelatihan kosmonaut Star City dekat Moskow. Yi So Yeon menempatkan Korea Selatan sebagai negara kesembilan di Asia yang pernah mengirimkan warga negaranya ke luar angkasa.
Baca Juga
Warga Asia pertama yang meluncur ke luar angkasa adalah Pham Tuan dari Vietnam pada 1980. Kemudian diikuti warga negara Mongolia, Afghanistan, Jepang, India, Kazakhstan, China, dan Malaysia.
Yi So Yeon melakukan penerbangan dari Kosmodrom Baikonur di Kazakhstan pada 8 April 2008. Ia terbang menggunakan pesawat ruang angkasa Soyuz Rusia bersama kosmonaut Rusia Sergey Volkov dan Oleg Kononenko.
Di tahun yang sama, Yi So Yeon terbang ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) untuk penelitian selama sembilan hari. Dia berada di luar angkasa selama total 261 jam.
Selama menjalankan misi, Yi So Yeon melakukan 18 eksperimen dan tes medis untuk Korea Aerospace Research Institute. Sebagian besar tes melibatkan bagaimana fenomena ilmiah berubah di ruang angkasa.
Dalam perjalanan pulang, pesawat ruang angkasa astronaut Yi So Yeon mengalami kerusakan. Hal ini membuat awak pesawat terkena gaya hampir 16G atau 16 kali gaya gravitasi bumi yang normalnya sebesar 4,5G.
Â
Misi Antariksa Korea Selatan
Korea Selatan mengumumkan badan antariksa baru bernama Korea Aerospace Administration (KASA) pada Mei 2024 lalu. Dikutip dari laman Yonhap pada Senin (03/06/2024) badan antariksa Korea Selatan ini diresmikan Presiden Yoon Suk Yeol.
Melalui KASA, Korea Selatan berencana mengirimkan kendaraan eksplorasi luar angkasa ke bulan pada 2032. KASA juga akan menancapkan bendera nasional Korsel di Mars pada 2045.
Badan antariksa Korea Selatan ini bertujuan untuk merampingkan fungsi kebijakan dan pengembangan yang dibagi di antara berbagai kementerian pemerintah. KASA akan beroperasi di bawah lembaga penelitian kedirgantaraan yang mengembangkan Nuri dan kendaraan peluncuran ruang angkasa pendahulunya.
Pada 2023, Negeri Ginseng berhasil menyelesaikan peluncuran ketiga Nuri seberat 200 ton. Misi yang juga dikenal sebagai KSLV-II menempatkan delapan satelit praktis ke orbit.
Korea Selatan juga telah mengirimkan dua satelit pengintai militer yang dibawa oleh roket SpaceX ke orbit pada Desember dan April. Hal ini bertujuan untuk memantau Korea Utara dengan lebih baik.
Ke depannya, Korea Selatan berencana untuk memiliki lima satelit mata-mata pada 2025. Tak hanya itu, akan ada 60 satelit mata-mata berukuran kecil dan mikro pada 2030 mendatang. Diharapkan, ini dapat membantu militer memantau Semenanjung Korea setiap 30 menit.
Satelit yang lebih kecil direncanakan untuk diluncurkan dengan roket luar angkasa berbahan bakar padat, buatan dalam negeri yang saat ini sedang dikembangkan. Pada Desember 2023, militer melakukan uji coba penerbangan ketiga roket luar angkasa berbahan bakar padat.
Target-target luar angkasa Korsel akan menjadi bagian dari apa yang disebut Space Gwanggaeto Project. Nama tersebut diambil dari nama Raja Gwanggaeto yang Agung yang memerintah kekaisaran Goguryeo di Semenanjung Korea hingga awal abad ke-5.
Korea Selatan menjadi negara ketujuh yang memiliki kendaraan peluncur luar angkasa. Bahkan negara ini juga memiliki teknologi pengembangan satelit dengan peluncuran roket Nuri pada Mei 2023 yang menempatkan satelit kelas komersial di orbit.
Peluncuran perdana Nuri berhasil menempatkan satelit dummy ke orbit rendah bumi. Kejadian ini menjadi tonggak sejarah bagi Korea Selatan.
Sebelum Korsel, negara Asia yang sudah lebih dulu menuju luar angkasa adalah China, India, dan Jepang. Program luar angkasa China telah mengembangkan roket pengangkat berat seperti Long March 5, stasiun luar angkasa Tiangong, wahana bulan tak berawak, dan penjelajah Zhurong yang mencapai Mars pada 2021.
Sementara, pada Januari, Jepang menjadi negara kelima yang menempatkan pendarat di bulan. Pada 2023, India juga menjadi negara keempat yang mendarat di Bulan.
(Tifani)
Advertisement