Liputan6.com, Helsinki - Polisi di Kota Espoo, Finlandia, menerapkan cara unik untuk mencegah anak muda berpesta di pantai setempat, yakni memasang musik klasik dengan pengeras suara.
Meski tidak ada data yang menunjukkan bahwa anak muda tidak menyukai musik klasik, namun polisi di Espoo yakin bahwa cara tersebut dapat berhasil. Bahkan, taktik tersebut sudah terbukti selama empat tahun terakhir.
Baca Juga
Dilansir Oddity Central, Rabu (19/6/2024), cara tersebut dilakukan oleh pihak berwenang setelah mendapati pantai di lingkungan Haukilahti menjadi tempat anak muda berpesta hingga larut malam. Pemerintah setempat telah mencoba berbagai metode untuk mengusir mereka, namun tidak ada yang berhasil.
Advertisement
Hingga akhirnya musik klasik seperti The Blue Danube karya Strauss, Four Seasons karya Vivaldi, dan Ave Maria karya Schubert, menjadi solusi terbaik untuk masalah tersebut. Sejak itu, polisi pun akan mulai memutar musik klasik dengan pengeras suara setelah hari mulai gelap.
"Untuk beberapa alasan, musik klasik tidak menarik bagi kaum muda dan kaum muda menjauhi tempat-tempat dengan musik klasik," kata Mikko Juvonen dari departemen kepolisian Uusimaa Barat.
"Akan menyenangkan bagi keluarga yang datang dan berenang di sini pada pagi hari saat pantai bersih," lanjutnya.
Terbukti Berhasil
Sebelum menerapkan metode musik klasik enam tahun lalu, Haukilahti merupakan tempat berkumpulnya pesta akhir semester yang biasanya menyisakan tumpukan sampah dan pecahan kaca.
Kini, polisi Espoo tidak perlu lagi khawatir, karena tidak ada anak muda yang mau berada di area tersebut saat musik klasik mulai diputar.
Sejumlah penduduk setempat mengaku bahwa mereka menganggap inisiatif polisi ini agak aneh, namun karena berjalan dengan baik, mereka pun tidak mengeluh.
Advertisement
Hal yang Terjadi pada Tubuh saat Mendengarkan Musik Klasik
Penelitian terbaru menemukan bukti jelas bahwa mendengarkan musik klasik dalam kelompok seperti gedung konser menyebabkan semacam simfoni di seluruh tubuh yang berdampak pada detak jantung dan pernapasan.
"Sinkronisasi, terutama sinkronisasi detak jantung, akan lebih tinggi ketika pendengar merasa tergerak secara emosional dan terinspirasi oleh sebuah karya serta tenggelam dalam musiknya,” kata tim peneliti dari University of Bern di Swiss, seperti dikutip dari kanal Health Liputan6.com.
"Ketika kita berbicara tentang hal-hal yang sangat abstrak seperti pengalaman estetika, bagaimana seseorang merespons seni dan musik, tubuh selalu terlibat di sana," pemimpin peneliti Wolfgang Tschacher, yang mengamati 132 penonton di tiga pertunjukan klasik.