Kolaborasi BPBD NTT dan Siap Siaga dalam Manajemen Kebencanaan Bantu Masyarakat Mitigasi Bencana

Menurut Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTT Cornelis Wadu, kolaborasi antara pemerintah daerah dengan mitranya dibutuhkan untuk menjawab tantangan masyarakat.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 26 Jun 2024, 07:04 WIB
Diterbitkan 26 Jun 2024, 07:04 WIB
Menurut Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Nusa Tenggara Timur Cornelis Wadu, kolaborasi antara pemerintah daerah dengan mitranya dibutuhkan untuk menjawab tantangan masyarakat NTT (Dok. Liputan6.com/Teddy Tri Setio Berty
Menurut Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Nusa Tenggara Timur Cornelis Wadu, kolaborasi antara pemerintah daerah dengan mitranya dibutuhkan untuk menjawab tantangan masyarakat NTT (Dok. Liputan6.com/Teddy Tri Setio Berty).

Liputan6.com, Kupang - Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan provinsi berkepulauan dengan luas wilayah hingga 47,952 km persegi, memiliki tingkat kerentanan bencana.

Hal ini didasari oleh iklim hingga kondisi tanah yang mudah longsor. Ditambah lagi, provinsi NTT yang terdiri dari banyak pulau, membutuhkan kinerja ekstra demi menjangkau masyarakatnya.

Menurut Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Nusa Tenggara Timur Cornelis Wadu, kolaborasi antara pemerintah daerah dengan mitranya dibutuhkan untuk menjawab tantangan masyarakat NTT.

Cornelis menyebut, Siap Siaga yang merupakan program kemitraan Australia-Indonesia sangat membantu, terutama dalam manajemen risiko bencana.

<p>Program Manajemen Risiko Bencana dari Siap Siaga ini punya tujuan untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan kemampuan tanggap bencana di Indonesia dan memperkuat kerja sama kemanusiaan antara Australia dan Indonesia (Dok. Liputan6.com/Teddy Tri Setio Berty).</p>

"Kondisi NTT inilah yang membuat pemerintah sulit menjangkau masyarakat di pulau-pulau. Dan berdasarkan sejarahnya, teman-teman Siap Siaga dengan pemerintah Australia sudah bekerja sejak 2020, terutama dalam upaya menangani manajemen kebencanaan," kata Cornelis Wadu di Kantor BPBD Provinsi NTT pada Selasa (25/6/2024).

Program Manajemen Risiko Bencana dari Siap Siaga ini punya tujuan untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan kemampuan tanggap bencana di Indonesia dan memperkuat kerja sama kemanusiaan antara Australia dan Indonesia.

<p>Program Manajemen Risiko Bencana dari Siap Siaga ini punya tujuan untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan kemampuan tanggap bencana di Indonesia dan memperkuat kerja sama kemanusiaan antara Australia dan Indonesia (Dok. Liputan6.com/Teddy Tri Setio Berty).</p>

Inisiatif ini selaras dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Indonesia 2020-2024 dan Australian Government's Humanitarian Strategy (2016).

Cornelis juga mengakui, bahwa pemerintah tidak bisa bekerja sendiri dan membutuhkan mitra seperti Siap Siaga.

"Kita akui bahwa pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. Dengan gambaran NTT yang berkepulauan dengan tingkat kerentanan, maka pemerintah perlu kolaborasi dan kemitraan," kata Cornelis

"Siap Siaga sudah banyak membantu kami. Salah satunya membangun gedung BDPB dan alat-alat yang cukup canggih untuk komunikasikan permasalahan di tingkat bawah lewat pusdalok ini."

"Kami berharap, kemitraan ini tak hanya di sini. Tapi terus dibangun pemerintah Australia lewat Siap Siaga selalu membantu pemerintah."

Cornelis juga memaparkan bahwa kemitraan dengan Siap Siaga tidak hanya berupa bantuan bangunan fisik. Tetapi lebih dari itu.

"Ada pula bentuk fisik lain yang dibangun oleh Siap Siaga melalui peningkatan SDM, kapasitas building dan sosialisasi ke bawah untuk hal yang lebih baik," kata Cornelis.

"Siap Siaga ini sudah tidak terpisahkan lagi dengan pemerintahan. Oleh karena itu, Siap Siaga juga dorong kami untuk motivasi dan penyelenggaraan mitigasi bencana."

 

Masalah Kekeringan Menghantui Wilayah NTT

Cornelis memaparkan kondisi iklim di NTT secara luas. Menurutnya, situasi iklim di NTT delapan sampai sembilan bulan kering, tiga sampai empat bulan basah (Dok. Liputan6.com/Teddy Tri Setio Berty).
Cornelis memaparkan kondisi iklim di NTT secara luas. Menurutnya, situasi iklim di NTT delapan sampai sembilan bulan kering, tiga sampai empat bulan basah (Dok. Liputan6.com/Teddy Tri Setio Berty).

Cornelis memaparkan kondisi iklim di NTT secara luas. Menurutnya, situasi iklim di NTT delapan sampai sembilan bulan kering, tiga sampai empat bulan basah.

"Kekeringan itu bahkan bisa sampai 10 bulan. Kondisinya November, Desember hingga Februari," kata Cornelis.

<p>Lewat peningkatan kapasitas SDM maka banyak pihak yang bisa membantu proses penyampaian kondisi alam di NTT ke pihak daerah (Dok. Liputan6.com/Teddy Tri Setio Berty).</p>

"Kondisi kekeringan ini secara administrasi, informasinya itu harus disampaikan dasarnya seperti apa kepada masyarakat. Dan status siaga darurat akan disampaikan kepada kepala daerah."

Terkait dengan Siap Siaga, lewat peningkatan kapasitas SDM maka banyak pihak yang bisa membantu proses penyampaian kondisi alam di NTT ke pihak daerah. Informasi terkait kondisi iklim diunggah setiap hari oleh pihak Siap Siaga.

"Siap siaga bantu kami dalam konteks manajemen kebencanaan di Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops)."

"Paling tidak, di Pusdalops Siap Siaga selalu bantu kami untuk informasikan kondisi cuaca di lokasi kita ke masyarakat."

 

Sistem Terpadu INATANA di BPBD NTT

INATANA bertujuan untuk mengintegrasikan data dan informasi kebencanaan di Provinsi NTT. Lantaran data dan informasi merupakan asupan penting dalam rangka ketepatan perumusan langkah dan strategi kebijakan kebencanaan (Dok. Liputan6.com/Teddy Tri Setio).
INATANA bertujuan untuk mengintegrasikan data dan informasi kebencanaan di Provinsi NTT. Lantaran data dan informasi merupakan asupan penting dalam rangka ketepatan perumusan langkah dan strategi kebijakan kebencanaan (Dok. Liputan6.com/Teddy Tri Setio Berty).

Untuk mendukung manajemen kebencanaan di provinsi Nusa Tenggara Timur, pihak BPBD NTT juga memiliki sistem terpadu seperti INATANA (Aplikasi Pemantauan dan Data Bencana).

Aplikasi bertujuan untuk mengintegrasikan data dan informasi kebencanaan di Provinsi NTT. Lantaran data dan informasi merupakan asupan penting dalam rangka ketepatan perumusan langkah dan strategi kebijakan kebencanaan.

<p>BPBD NTT juga memiliki sistem terpadu seperti INATANA (Aplikasi Pemantauan dan Data Bencana) (Dok. Liputan6.com/Teddy Tri Setio Berty).</p>

Dengan adanya aplikasi ini, maka akan mempermudah koordinasi pengelolaan data dan informasi antara Pusdalops NTT dengan BPBD kabupaten dan kota untuk memasukan data kejadian bencana.

Tak hanya itu, juga bisa memasukan data korban, dan data lintas sektor, serta laporan kepada pimpinan baik tingkat kabupaten, provinsi, maupun nasional.

Aplikasi juga sudah terintegrasi dengan portal 1 data provinsi dan kabupaten dan kota, sehingga mempermudah publikasi dan bisa dibagi oleh semua pihak.

 

LENTING, Layanan Repositori Pengetahuan dan Data Bencana NTT

Menurut Penyuluh Bencana BPBD NTT Yusta Roli Ramat, LENTING ini berisi dokumentasi pengetahuan yang diisi oleh media massa, masyarakat, perguruan tinggi dan lainnya (Dok. Liputan6.com/Teddy Tri Setio Berty).
Menurut Penyuluh Bencana BPBD NTT Yusta Roli Ramat, LENTING ini berisi dokumentasi pengetahuan yang diisi oleh media massa, masyarakat, perguruan tinggi dan lainnya (Dok. Liputan6.com/Teddy Tri Setio Berty).

Sementara itu, ada pula Layanan Repositori Pengetahuan dan Data Bencana NTT atau yang dikenal dengan LENTING, sebuah inovasi yang digagas oleh BPBD NTT.

Menurut Penyuluh Bencana BPBD NTT Yusta Roli Ramat, LENTING ini berisi dokumentasi pengetahuan yang diisi oleh media massa, masyarakat, perguruan tinggi dan lainnya.

<p>Menurut Penyuluh Bencana BPBD NTT Yusta Roli Ramat, LENTING ini berisi dokumentasi pengetahuan yang diisi oleh media massa, masyarakat, perguruan tinggi dan lainnya (Dok. Liputan6.com/Teddy Tri Setio Berty).</p>

"LENTING ini menampilkan dokumen-dokumen yang bisa berupa buku, hasil riset, jurnal, infografis, dan peta. Dibuat untuk membantuk pemerintah NTT dalam hal mempublikasi terkait pengetahuan soal kebencanaan," kata Yusta.

"Kedua, LENTING ini adalah langkah awal dari temen-teman forum bekerja sama dengan BPBD untuk mengintegrasikan data-data kebencanaan. Karena selama ini, data ini tersebar di berbagai portal yang akan menyulitkan masyarakat untuk mencari data kebencanaan."

"Jadi kita satukan dalam LENTING."

Infografis Kebakaran Hutan dan Bencana Kabut Asap di Indonesia
Infografis Kebakaran Hutan dan Bencana Kabut Asap di Indonesia. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya