Liputan6.com, Jakarta - Sebuah studi baru-baru ini mengungkapkan bahwa sebanyak 610 spesies burung telah punah dalam 130.000 tahun terakhir, seiring dengan penyebaran global Homo sapiens. Studi yang dipublikasikan di jurnal Science ini menyoroti peran signifikan manusia dalam krisis kepunahan burung, yang semakin meningkat dalam beberapa dekade terakhir.
Krisis kepunahan burung semakin meningkat dalam beberapa dekade terakhir, seperti yang terjadi pada Kauaʻi ʻōʻō, burung penyanyi asal Hawaii, yang dinyatakan punah tahun lalu.
Baca Juga
Tom Matthews, pakar ekologi dari Universitas Birmingham di Inggris, yang juga penulis utama studi ini, menjelaskan dampak ekologis dari kepunahan burung.
Advertisement
"Burung menjalankan sejumlah fungsi ekosistem yang sangat penting, banyak di antaranya yang kita andalkan, seperti penyebaran benih, konsumsi serangga, daur ulang bahan mati, seperti burung nasar, serta fungsi penyerbukan. Jika kita kehilangan spesies, kita kehilangan fungsi-fungsi ini," kata pakar ekologi Tom Matthews dari Universitas Birmingham di Inggris, penulis utama studi yang diterbitkan minggu ini di Jurnal Science seperti dikutip dari VOA Indonesia, Minggu (6/10/2024).
"Contoh konkret terkait hal itu adalah [yang terjadi] di Pulau Mauritius dan Hawaii, di mana semua atau hampir semua frugivora asli, burung pemakan buah, telah punah," kata Matthews.
Dodo dan Kauaʻi ʻōʻō diyakini sebagai spesial pemakan buah. Kepunahan mereka berdampak pada ekosistem, menghilangkan peran mereka dalam penyebaran biji dan regenerasi tumbuhan di habitat alami mereka.
"Frugivora adalah fungsi penting, karena dengan memakan buah dan kemudian bergerak, burung akan menyebarkan benih tanaman tempat buah itu berada," kata Matthews.
Hal ini dapat memicu "kepunahan berantai sekunder," kata Matthews. Akibatnya Mauritius kini memiliki banyak spesies pohon yang terancam punah.
Manusia Jadi Faktor Lain Penyebab Kepunahan Burung?
Matthews juga menyoroti faktor-faktor lain yang mempercepat kepunahan burung, seperti perburuan manusia dan penyakit yang dibawa ke habitat baru. Menangkap burung untuk perdagangan burung penyanyi merupakan masalah besar, khususnya di Asia Tenggara, ujarnya.
Di Hawaii, malaria burung yang dibawa oleh manusia menyebabkan banyak burung madu Hawaii punah karena mereka tidak memiliki kekebalan alami terhadap penyakit tersebut.
Perburuan manusia merupakan pendorong kepunahan besar di masa lalu dan masih menjadi masalah di wilayah tertentu. Menangkap burung untuk perdagangan burung penyanyi merupakan masalah besar, khususnya di Asia Tenggara, kata Matthews.
Beberapa burung yang menakjubkan kini telah punah, seperti burung gajah besar di Madagaskar dan burung moa di Selandia Baru. Merpati penumpang dari Amerika Utara, yang jumlahnya mencapai miliaran, juga diburu hingga punah.
Menurut para peneliti, 610 spesies burung yang punah ini secara kolektif mewakili 3 miliar tahun sejarah evolusi yang unik. Setiap kepunahan diibaratkan seperti memotong satu cabang pohon kehidupan, kata Matthews.
Matthews menambahkan bahwa angka 610 kemungkinan besar merupakan perkiraan yang terlalu rendah karena kurangnya data dari beberapa lokasi dan fakta bahwa beberapa spesies yang punah mungkin tidak meninggalkan sisa-sisa kerangka. Ia memperkirakan lebih dari 1.000 spesies burung akan punah dalam dua abad mendatang, sementara sekitar 11.000 spesies burung kini ada, berusaha mengisi kekosongan ekologi yang kompleks.
Advertisement