Liputan6.com, Tel Aviv - Tiga sandera pertama yang dibebaskan dari Jalur Gaza tiba di Israel pada Minggu (19/1/2025), beberapa jam setelah gencatan senjata antara Israel dan Hamas mulai berlaku. Sementara itu, Israel membebaskan 90 tahanan Palestina pada Senin (20/1).
Sandera Israel yang dibebaskan adalah Emily Damari usia 28 tahun, Romi Gonen usia 24 tahun, dan Doron Steinbrecher usia 31 tahun. Serah terima sandera dengan Palang Merah di jalanan Kota Gaza dilaporkan berlangsung tegang. Mereka dikelilingi oleh kerumunan ribuan orang, dengan kawalan pria-pria bersenjata.
Advertisement
Baca Juga
Ketiga perempuan tersebut dibawa ke pasukan Israel dan kemudian masuk ke Israel, di mana ibu mereka menunggu.
Advertisement
Menurut Pusat Medis Sheba, ketiganya dalam kondisi stabil. Pihak berwenang kemudian merilis rekaman mereka yang berpelukan dengan keluarga mereka.
Di Tel Aviv, ribuan orang yang berkumpul untuk menonton berita di layar besar meledak dalam sorakan. Selama berbulan-bulan, banyak orang berkumpul setiap minggu di alun-alun untuk menuntut kesepakatan gencatan senjata.
"Seluruh bangsa menyambut Anda," kata Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu seperti dikutip dari AP.
Gonen diculik dari festival musik Nova, sementara dua lainnya diculik dari Kibbutz Kfar Aza. Damari adalah warga negara ganda Israel-Inggris dan Steinbrecher memiliki kewarganegaraan Israel dan Romania.
Di lokasi berbeda, warga Palestina memadati bus yang membawa para tahanan atau naik ke atasnya, meneriakkan yel-yel dan bersorak, saat mereka berjalan perlahan melewati kerumunan yang semakin banyak menuju Kota Beitunia. Beberapa orang melambaikan bendera, termasuk bendera Hamas. Klakson dibunyikan dan orang-orang bersiul.
Pembebasan tahanan Palestina terjadi lebih dari tujuh jam setelah gelombang sandera pertama dibebaskan.
Koalisi Netanyahu Melemah
Gencatan senjata Hamas-Isral membuka fase awal enam pekan ketenangan dan meningkatkan harapan untuk pembebasan hampir 100 sandera yang tersisa dan berakhirnya perang yang menghancurkan. Penundaan mendadak oleh Hamas menyebabkan dimulainya gencatan senjata tertunda hampir tiga jam, namun juru bicara sayap militer Hamas kemudian mengatakan bahwa mereka berkomitmen pada gencatan senjata.
Hamas menyebutkan penundaan itu sebagai hasil dari perselisihan mendadak terkait nama-nama dalam daftar.
Gencatan senjata yang dimulai pada Minggu pukul 11.15 waktu setempat merupakan yang kedua dalam perang yang dimulai sejak 7 Oktober 2023.
Negosiasi untuk fase kedua gencatan senjata yang lebih sulit dijadwalkan akan dimulai dalam dua minggu lebih. Banyak pertanyaan besar yang belum terjawab, termasuk apakah perang akan dilanjutkan setelah fase pertama.
Sementara itu, dalam perkembangan lainnya, Itamar Ben-Gvir mengundurkan diri sebagai menteri keamanan nasional Israel. Hengkangnya Ben-Gvir menegaskan protesnya atas gencatan senjata.
Meski tidak akan memengaruhi gencatan senjata, namun kepergian Ben-Gvir dipastikan melemahkan koalisi Netanyahu.
Â
Advertisement
Gencatan Senjata yang Rapuh
Kesepakatan gencatan senjata diumumkan pekan lalu setelah satu tahun mediasi yang diupayakan Amerika Serikat (AS), Qatar, dan Mesir. Pemerintahan Biden dan tim presiden terpilih Donald Trump mendesak agar kesepakatan tercapai sebelum pelantikan Trump pada Senin.
Netanyahu mengatakan dia mendapat dukungan Trump untuk melanjutkan pertempuran jika diperlukan.
Fase pertama gencatan senjata yang berlangsung selama 42 hari ini akan mencakup pembebasan 33 sandera secara bertahap dan hampir 2.000 tahanan Palestina. Pembebasan sandera berikutnya dijadwalkan pada Sabtu (25/1).
Selain itu, akan ada lonjakan bantuan kemanusiaan, dengan ratusan truk memasuki Jalur Gaza setiap hari, jauh lebih banyak daripada yang diizinkan Israel sebelumnya.
Badan kemanusiaan PBB mengatakan lebih dari 630 truk bantuan masuk pada Minggu, dengan setidaknya 300 menuju Gaza Utara yang terdampak parah serangan membabi buta Israel.
"Ini adalah momen harapan yang luar biasa," kata Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Kemanusiaan dan Koordinator Bantuan Darurat (OCHA) Tom Fletcher.