Penasihat Keamanan Trump: Hamas Tidak Akan Pernah Lagi Memerintah Gaza

Pemerintahan Trump menegaskan dukungannya pada Israel atas upaya menyingkirkan Hamas.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 20 Jan 2025, 08:37 WIB
Diterbitkan 20 Jan 2025, 08:37 WIB
Gencatan Senjata Dimulai, Begini Potret Kawasan Jabalia Gaza Utara
Menyusul pemberlakuan kesepakatan gencatan antara Israel dan milisi Hamas dimulai pada pukul 11.15 waktu setempat, ribuan pengungsi Palestina mulai kembali ke rumah atau tempat asal mereka pada Minggu (19/1/2025). (Omar AL-QATTAA/AFP)... Selengkapnya

Liputan6.com, Washington, DC - Penasihat keamanan nasional utama Donald Trump dengan tegas mengatakan pada hari Minggu (19/1/2025) bahwa militan Hamas tidak akan pernah lagi memerintah Jalur Gaza.

"Mereka tidak bisa lagi menjadi organisasi teroris dan mereka tidak akan pernah memerintah Gaza. Titik," kata Mike Waltz dalam acara "State of the Union" di CNN seperti dikutip dari CNA, Senin (20/1).

Waltz, yang sebelumnya pernah menjabat sebagai anggota Kongres dan veteran dua kali penugasan tempur di Afghanistan, berbicara hanya beberapa jam setelah gencatan senjata yang telah lama dinegosiasikan mulai berlaku di wilayah Palestina yang hancur tersebut.

Meski masih ada ketidakpastian besar tentang bagaimana perkembangan gencatan senjata ini, serta bagaimana pemulihan dan stabilitas jangka panjang Jalur Gaza dapat dijamin, Waltz mengungkapkan optimisme yang hati-hati.

"Israel akan melakukan apa yang perlu mereka lakukan untuk memastikannya (Hamas tidak akan pernah memerintah Gaza lagi), dan Amerika Serikat, di bawah pemerintahan Trump, akan mendukung mereka," ujarnya.

"Itu bukan berarti tidak akan ada kantong-kantong perlawanan Hamas atau pertempuran yang berkelanjutan, namun ini akan menjadi jalan yang sulit ke depan."

Analis mengatakan diperlukan diplomasi yang intens, berkepanjangan, dan terfokus untuk merancang masa depan Jalur Gaza yang stabil dan damai. Waltz meyakinkan Trump memiliki kemampuan untuk membantu mewujudkannya.

"Presiden Trump bisa mempersatukan semua pihak dengan cara yang unik," klaim Waltz.

"Apakah itu melibatkan pasukan keamanan yang didukung negara-negara Arab atau campuran dari orang Palestina, saya tidak ingin terlalu jauh membahas proses perencanaan kami, namun gambaran umumnya sudah ada."

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya