Liputan6.com, Jakarta - Paus Rice (Balaenoptera ricei) merupakan satu-satunya paus balin yang hidup secara eksklusif di Teluk Meksiko. Spesies ini baru diakui secara resmi pada 2021, setelah penelitian panjang yang membedakannya dari paus Bryde (Balaenoptera edeni).
Saat ini, jumlah Paus Rice diperkirakan hanya tersisa sekitar 50 ekor, menjadikannya salah satu mamalia laut paling langka di dunia. Melansir laman NOAA Fisheries pada Selasa (18/02/2025), penelitian mengenai Paus Rice dimulai sejak 1965 ketika Dale W. Rice, seorang ahli kelautan, pertama kali mencatat keberadaannya.
Namun, saat itu, paus ini masih dikategorikan sebagai paus Bryde. Baru pada 2014, studi lebih lanjut mengungkapkan perbedaan genetik dan anatomi yang signifikan.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Analisis DNA dari sampel kulit serta perbandingan tengkorak dengan spesies paus lainnya menunjukkan bahwa Paus Rice adalah spesies yang unik. Pada 2021, komunitas ilmiah secara resmi mengakui spesies ini dengan nama Balaenoptera ricei sebagai penghormatan kepada Dale W. Rice.
Sejak saat itu, status perlindungan Paus Rice diperbarui dalam Undang-Undang Spesies Terancam Punah di Amerika Serikat. Paus Rice memiliki beberapa karakteristik unik yang membedakannya dari paus Bryde.
Paus Rice dapat tumbuh hingga sekitar 12-13 meter dengan berat mencapai 27 ton. Mereka memiliki tubuh ramping dengan sirip punggung yang melengkung lebih tajam dibandingkan paus Bryde.
Paus Rice menghasilkan suara dengan frekuensi rendah dan durasi lebih panjang dibandingkan paus Bryde. Vokalisasi ini digunakan untuk komunikasi dalam kegelapan laut dan kemungkinan besar membantu mereka dalam navigasi serta berburu.
Berbeda dengan paus Bryde yang mencari makan di permukaan air, Paus Rice lebih suka menyelam dalam perairan yang lebih dalam. Mereka memangsa ikan dengan kalori tinggi, seperti ikan kecil dan krustasea yang tersedia di jalur spesifik di Teluk Meksiko.
Paus Rice hanya ditemukan di perairan dalam Teluk Meksiko. Terutama di sekitar landas kontinen, kawasan ini memiliki kedalaman antara 100 hingga 400 meter.
Saat ini, bagian dari balin paus yang terdampar pada 2019 dipamerkan di Museum Nasional Sejarah Alam Amerika Serikat. Penyebab kematiannya juga turut ditampilkan, yakni potongan plastik tajam yang tertelan, menyebabkan pendarahan di lambung dan akhirnya membuatnya kelaparan.
Namun, polusi plastik bukanlah ancaman terbesar bagi Paus Rice. Habitat mereka dipenuhi oleh kapal-kapal yang melaju dengan kecepatan tinggi, gelombang suara dari pencarian minyak dan gas yang menenggelamkan suara komunikasi mereka, serta tumpahan minyak yang merusak lingkungan.
Tragedi tumpahan minyak Deepwater Horizon pada 2010 diperkirakan telah membunuh sekitar 20 persen populasi paus ini. NOAA tengah menyelesaikan penetapan hukum terhadap habitat kritis Paus Rice, yang akan mewajibkan pemerintah federal untuk tidak mendanai atau mengizinkan aktivitas yang dapat merusak lingkungan mereka.
(Tifani)