Liputan6.com, Jakarta - Paus dikenal sebagai salah satu hewan yang memiliki peran penting dalam ekosistem laut. Tidak hanya kotorannya yang kaya akan nutrisi bagi lautan, tetapi urine paus juga memiliki manfaat yang luar biasa.
Melansir aman Popular Science pada Jumat (21/03/2025), studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature Communications pada 10 Maret 2025, menunjukkan bahwa paus besar seperti paus sikat, paus abu-abu, dan paus bungkuk membantu menyebarkan sekitar 4.000 ton nitrogen ke wilayah pesisir tropis dan subtropis setiap tahunnya.
Tim ilmuwan telah meneliti kotoran paus sejak 2010. mereka menemukan paus yang makan di perairan dalam kemudian naik ke permukaan untuk beristirahat dan mengeluarkan kotorannya.
Advertisement
Baca Juga
Kotoran tersebut mengandung nutrisi penting yang mendukung pertumbuhan plankton di perairan. Kemdian, penelitian lebih lanjut mengungkap bahwa kotoran bukan satu-satunya cara paus berkontribusi terhadap ekosistem.
Paus balin, seperti paus bungkuk, memiliki pola makan yang unik. Mereka mencari makan di perairan dingin yang kaya akan nutrisi, seperti di sekitar Alaska, selama musim panas.
Namun, saat musim dingin, mereka bermigrasi ke perairan hangat seperti Hawaii untuk kawin dan melahirkan, sering kali tanpa makan selama periode tersebut. Selama perjalanan panjang ini, mereka terus mengeluarkan urin yang kaya nitrogen ke laut.
Dalam penelitian terbaru, para ilmuwan menemukan bahwa paus membakar cadangan energi dari lemak dan otot mereka selama migrasi, lalu melepaskan nutrisi berlebih ke dalam air. Proses ini memberikan manfaat besar bagi ekosistem pesisir yang kekurangan nitrogen, termasuk terumbu karang.
Sebagai perbandingan, paus sirip di Islandia dapat menghasilkan lebih dari 250 galon urin per hari saat sedang makan. Para ilmuwan menyebut proses ini sebagai "ban berjalan paus besar" karena paus mencari makan di area yang luas, tetapi melepaskan sebagian besar nutrisi saat berkumpul di tempat-tempat tertentu untuk kawin dan melahirkan.
Kehadiran paus di suatu wilayah dapat meningkatkan jumlah nitrogen lebih dari dua kali lipat dibandingkan kondisi normal. Proses ini memiliki efek yang serupa dengan upwelling alami, yaitu pergerakan arus laut yang membawa nutrisi dari perairan dalam ke permukaan.
Namun, paus memiliki peran tambahan sebagai "penghubung lautan." Para peneliti memperkirakan bahwa migrasi ini tidak hanya mengangkut sekitar 4.000 ton nitrogen setiap tahunnya, tetapi juga membawa lebih dari 45.000 ton biomassa ke berbagai wilayah lautan.
Paus Sebagai Mitigasi Perubahan Iklim
Selain urin dan kotoran paus yang bermanfaat, mamalia laut ini juga menjadi elemen kunci dalam mitigasi perubahan iklim. Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Trends in Ecology and Evolution pada Desember 2022 mengungkap bahwa paus menyimpan sejumlah besar karbon dalam tubuhnya.
Sebanyak 12 spesies paus besar, seperti paus biru (Balaenoptera musculus), paus sirip (Balaenoptera physalus), dan paus bungkuk (Megaptera novaeangliae), diperkirakan menyimpan sekitar 2 juta metrik ton karbon. Jumlah ini setara dengan karbon yang dihasilkan dari pembakaran 851 juta liter bensin.
Dengan demikian, keberadaan paus menjadi sangat krusial dalam upaya mengurangi kadar karbon di atmosfer dan lautan. Selain itu, paus juga berperan dalam siklus karbon saat mereka mati.
Bangkai paus yang tenggelam ke dasar laut membawa serta akumulasi karbon yang tersimpan dalam tubuh mereka seumur hidup. Proses ini, yang dikenal sebagai carbon sequestration, berpotensi menyimpan karbon dalam waktu yang sangat lama.
Para peneliti memperkirakan bahwa dibutuhkan hingga 1.000 tahun bagi karbon tersebut untuk kembali ke permukaan laut. Dengan demikian, bangkai paus yang tenggelam efektif mengurangi karbon yang seharusnya menguap ke atmosfer.
(Tifani)