Mengenal Laudato Si, Seruan Paus Fransiskus untuk Menjaga Bumi di Tengah Krisis Iklim

Dokumen ini menekankan hubungan erat antara manusia, Tuhan, dan Bumi, serta menyerukan tindakan konkret untuk mengatasi krisis iklim dan ketidakadilan sosial.

oleh Benedikta Miranti T.V Diperbarui 25 Feb 2025, 15:08 WIB
Diterbitkan 25 Feb 2025, 15:08 WIB
Akhiri Lawatannya di Indonesia, Paus Fransiskus Bertolak Menuju Papua Nugini
Paus Fransiskus mengakhiri lawatannya di Indonesia pada Jumat 6 September 2024. (Tatan Syuflana/POOL/AFP)... Selengkapnya

Liputan6.com, Roma - Paus Fransiskus merupakan santo yang hidup dalam kemiskinan dan menghormati setiap makhluk hidup ciptaan Tuhan. Perangainya menjadi cerminan misinya—kesederhanaan, kerendahan hati, dan seruan mendesak untuk merawat dunia.

Paus Fransiskus, pemimpin tertinggi Gereja Katolik sedunia yang kini tengah dalam kondisi kritis akibat penyakit pneumonia ganda yang dideritanya, merasa terpanggil untuk merawat semua yang ada termasuk Bumi.

Hal itu tercermin dalam salah satu ajaran Paus yang menjabat sejak tahun 2013, yang dituangkan dalam ensiklik Laudato Si'. Di mana ia kerap menyerukan ajakan untuk merawat Bumi di tengah krisis iklim yang terus memburuk. 

Apa Itu Ensiklik Laudato Si’?

Dikutip dari laman Laudato Si Movement, Selasa (25/2/2025), Laudato Si’ adalah sebuah ensiklik yang diterbitkan oleh Paus Fransiskus pada Mei 2015. Ensiklik ini membahas isu-isu lingkungan serta hubungan antara Tuhan, manusia, dan Bumi.

Dengan subjudul "Perawatan atas Rumah Kita Bersama", dokumen ini menegaskan pentingnya menjaga lingkungan dan kesejahteraan semua makhluk hidup.

Sebagai sebuah ensiklik, Laudato Si’ merupakan surat resmi dari Paus yang membahas ajaran Gereja Katolik terkait isu-isu terkini. Namun, berbeda dari ensiklik lainnya, Laudato Si’ tidak hanya ditujukan kepada umat Katolik, tetapi kepada seluruh umat manusia, sebagaimana dinyatakan dalam paragraf ketiga dokumen ini: "ditujukan kepada setiap orang yang hidup di planet ini" (LS 3).

Makna Laudato Si'

Paus Fransiskus memimpin upacara pada peringatan Hari Raya Arwah di pemakaman Laurentino di pinggiran Roma, Sabtu, 2 November 2024 mendoakan korban banjir Spanyol dan agar perang berakhir. (AP)
Paus Fransiskus memimpin upacara pada peringatan Hari Raya Arwah di pemakaman Laurentino di pinggiran Roma, Sabtu, 2 November 2024 mendoakan korban banjir Spanyol dan agar perang berakhir. (AP)... Selengkapnya

Judul Laudato Si’ diambil dari kata pertama dalam dokumen tersebut, sesuai dengan tradisi ensiklik yang dinamai berdasarkan frasa pembukaannya. Dalam bahasa Italia, Laudato Si’ berarti “terpujilah Engkau,” yang merupakan kutipan dari Kidung Makhluk Ciptaan karya Santo Fransiskus dari Assisi.

Dalam pujian ini, Santo Fransiskus mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan atas anugerah alam seperti matahari, angin, air, dan tanah.

Dengan demikian, ensiklik ini mengingatkan bahwa kepedulian terhadap lingkungan merupakan bagian dari penghormatan kepada Tuhan.

Ensiklik Laudato Si’ terdiri dari enam bab, yang masing-masing membahas aspek penting dari krisis lingkungan dan solusinya:

1. Apa yang Terjadi pada Rumah Kita Bersama

Bab ini menguraikan berbagai permasalahan lingkungan saat ini, seperti polusi, perubahan iklim, kelangkaan air, hilangnya keanekaragaman hayati, dan ketidakadilan global.

2. Injil Penciptaan

Paus Fransiskus merujuk pada Alkitab untuk menegaskan bahwa manusia memiliki tanggung jawab moral untuk menjaga alam. Interpretasi yang keliru terhadap Kitab Kejadian, yang menempatkan manusia sebagai penguasa mutlak atas alam, dikoreksi dalam bab ini.

3. Akar Manusiawi dari Krisis Ekologis

Krisis lingkungan dipicu oleh berbagai faktor sosial dan ideologi, termasuk eksploitasi teknologi yang tidak terkendali, dominasi manusia atas alam, serta sistem ekonomi yang hanya berorientasi pada keuntungan.

4. Ekologi Integral

Konsep ekologi integral menjadi solusi utama dalam ensiklik ini. Manusia dianggap sebagai bagian dari ekosistem yang lebih luas, sehingga diperlukan pendekatan yang menggabungkan aspek lingkungan, sosial, budaya, dan spiritual dalam mengatasi krisis global.

5. Garis-Garis Pendekatan dan Aksi

Bab ini membahas langkah-langkah konkret yang harus diambil oleh pemerintah, organisasi internasional, dan masyarakat dalam melindungi lingkungan, termasuk perjanjian internasional, kebijakan nasional, serta pengelolaan sumber daya yang lebih adil.

6. Pendidikan dan Spiritualitas Ekologi

Paus Fransiskus mengajak individu untuk mengadopsi gaya hidup yang lebih sederhana, menghindari budaya konsumtif, dan memupuk kecintaan terhadap alam melalui pendidikan dan refleksi spiritual.

Laudato Si’ dan Ajaran Gereja

Buka Pintu Suci Basilika Santo Petrus, Paus Fransiskus Mulai Yubileum 2025
Dari kursi rodanya, Paus Fransiskus mengetuk beberapa kali, dan Pintu Suci Basilika Santo Petrus yang besar berayun terbuka. Paus Fransiskus didorong untuk melintasi ambang pintu itu. (Alberto PIZZOLI/POOL/AFP)... Selengkapnya

Ensiklik ini bukanlah dokumen pertama dalam Gereja Katolik yang membahas isu lingkungan. Paus Yohanes Paulus II dalam Centesimus Annus (1991) menegaskan pentingnya menjaga alam sebagai anugerah Tuhan, sementara Paus Benediktus XVI dalam Caritas in Veritate (2009) menyoroti hubungan erat antara ekologi dan keadilan sosial.

Namun, Laudato Si’ adalah ensiklik pertama yang secara khusus membahas ekologi secara mendalam dalam konteks ajaran sosial Katolik.

Paus Fransiskus menegaskan bahwa perubahan iklim adalah tantangan besar bagi umat manusia. Ia mengutip “konsensus ilmiah yang sangat kuat” bahwa pemanasan global terjadi akibat aktivitas manusia (LS 23) dan memperingatkan bahwa dampaknya akan semakin parah jika tidak segera ditangani.

Dokumen ini mengkritik minimnya upaya nyata dalam mengurangi emisi karbon dan menekankan bahwa para pemimpin dunia seringkali lebih fokus pada kepentingan jangka pendek daripada solusi jangka panjang (LS 26). Beberapa solusi yang diajukan dalam ensiklik ini antara lain:

  • Pengurangan drastis emisi gas rumah kaca
  • Pengembangan energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin
  • Perlindungan hutan tropis dan keanekaragaman hayati.

 

Dampak Perubahan Iklim terhadap Kaum Miskin

Buka Pintu Suci Basilika Santo Petrus, Paus Fransiskus Mulai Yubileum 2025
Paus Fransiskus menandai misa Natal 2024 dengan ritual istimewa pembukaan pintu suci Basilika Santo Petrus. (Remo Casilli/POOL/AFP)... Selengkapnya

Salah satu poin utama dalam Laudato Si’ adalah keterkaitan antara krisis lingkungan dan ketidakadilan sosial. Paus Fransiskus menekankan bahwa negara-negara miskin adalah yang paling terdampak oleh perubahan iklim, meskipun mereka memiliki kontribusi paling kecil dalam krisis ini (LS 25). Oleh karena itu, negara-negara kaya memiliki kewajiban moral untuk membantu negara berkembang dalam melakukan transisi ke ekonomi yang lebih ramah lingkungan (LS 170-173).

Selain itu, ensiklik ini menyoroti dampak perubahan iklim terhadap meningkatnya jumlah pengungsi lingkungan. Banyak masyarakat yang terpaksa meninggalkan tempat tinggal mereka akibat bencana alam dan degradasi lingkungan, sehingga membutuhkan perhatian dan solidaritas global.

Tindakan yang Diharapkan dari Masyarakat

Antusiasme Umat Katolik Ikuti Misa Agung Paus Fransiskus Meski Lewat Tayangan Layar Lebar
Begitu misa dimulai dan umat Katolik menyanyikan doa "Tuhan Kasihanilah Kami", suasana terasa begitu menggetarkan hati. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Dalam bab terakhirnya, Laudato Si’ mengajak setiap individu untuk melakukan perubahan dalam kehidupan sehari-hari guna mendukung upaya perlindungan lingkungan. Beberapa langkah konkret yang disarankan antara lain:

  • Mengembangkan kebiasaan berdoa dan merenungkan keindahan alam
  • Mengurangi konsumsi berlebihan dan limbah
  • Menggunakan energi secara bijaksana
  • Terlibat dalam gerakan lingkungan dan politik untuk mendorong kebijakan yang berpihak pada keberlanjutan.

Namun, ensiklik ini juga menegaskan bahwa perubahan besar tidak bisa hanya bergantung pada tindakan individu. Pemerintah dan perusahaan besar memiliki peran kunci dalam menciptakan kebijakan dan sistem ekonomi yang lebih berkelanjutan.

Paus Fransiskus dalam Laudato Si mengakui bahwa tantangan yang dihadapi umat manusia sangat besar, tetapi ia juga menanamkan harapan. Meskipun kita telah menyebabkan banyak kerusakan pada lingkungan, manusia memiliki kapasitas untuk melakukan perubahan dan bertanggung jawab atas masa depan planet ini (LS 205).

Infografis Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia 3-6 September 2024. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Infografis Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia 3-6 September 2024. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya