Seorang pria bernama Darrell Simester menghilang secara misterius 13 tahun lalu. Ia kemudian berhasil ditemukan orang tuanya pada akhir pekan kemarin. Penderitaannya sebagai perawat kuda tanpa dibayar sepeser dan tidur di gudang bersama tikus, akhirnya berakhir.
Dilansir dari The Sun, Selasa (2/7/2013), Darrell Simester berhasil diselamatkan orang tuanya dalam kondisi ketakutan dari kekejian perbudakan berkat bantuan seorang wanita yang melihatnya di sebuah peternakan terpencil.
Ibu dan ayahnya, Jean-Tony telah menghabiskan lebih dari 1 dekade untuk mencari informasi tentang anak mereka yang hilang. Keduanya tidak menyadari bahwa anak mereka dipaksa untuk bekerja keras dari fajar sampai senja tanpa dibayar.
"Sebagian besar waktunya harus berbagi gudang dengan tikus," ujar Jean-Tony mengisahkan perjalanan hidup Darrell yang saat ditemui telah berusia 30 tahun.
Lalu pada saat ditemukan, Darrel yang bekerja sebagai pengurus kuda itu mengalami cacat pada tulang belakang.
"Saya merasa lupa, terputus dari dunia, seperti seorang tawanan," kata Darrel kepada kedua orang tuanya.
Darrel mengaku bosnya yang merupakan pemilik peternakan kuda di Peterstone, South Wales --wisatawan Irlandia yang pada awalnya menjanjikan pekerjaan yang layak-- tidak pernah memberinya libur sama sekali.
"Saya tidak pernah punya satu hari libur dalam 13 tahun. Aku takut mereka melakukan sesuatu padaku nanti, jika saya tidak tinggal di sana.," ujar Darrel ketakutan.
Ayah Darrel, Tony (66) menggambarkan putranya mungkin menjadi incaran pelaku karena sosoknya pemalu dan lemah.
"Apa yang terjadi padanya menghebohkan, tidak manusiawi. Orang seperti seperti orang jahat yang berkeliaran di jalanan, mengangkat orang-orang lemah dan menawarkan mereka kehidupan baru. Kemudian mereka diperlakukan seperti anjing," tutur Tony kesal.
Anaknya, sambung Tony, belum diizinkan untuk melihat dokter sejak 13 tahun lalu. Sedihnya, Darrel juga menderita hernia sebesar bola sepak. Dia juga mengalami kaki, banyak gigi yang hilang dan kelaparan.
Pemulihan
Darrell saat ini menjalani konseling intensif untuk menghilangkan penderitaannya menjadi budak selama 13 tahun. Ia juga mengaku dirinya tak pernah dikunci di dalam peternakan tempatnya bekerjak, tapi teror yang dilakukan pemilik mencegahnya melarikan diri.
Dia hanya melihat budak lain datang dan pergi --tunawisma dari kota-kota terdekat atau imigran Polandia dan Rusia.
"Saya tidak pernah diijinkan masuk ke rumah. Mereka menempatkan saya di sebuah gudang dengan tikus," tuturnya.
Dua tahun lalu ia diberi mobil karavan kecil untuk tempatnya tidur. Tapi dia masih harus mencuci pakaiannya dalam tempat makan minum kuda.
Keluarganya telah menghubungi polisi lebih dari 50 kali. Namun belum ada satu pun tanggapan dari pihak berwenang. Bahkan hingga Senin 1 Juli, belum ada tanda-tanda keberadaan Simester --pemilik peternakan tempat Darrel bekerja.
"Kami sedang menyelidiki di mana Simester tinggal," kata Polisi Gwent County yang tak disebutkan identitasnya. (Tnt)
Dilansir dari The Sun, Selasa (2/7/2013), Darrell Simester berhasil diselamatkan orang tuanya dalam kondisi ketakutan dari kekejian perbudakan berkat bantuan seorang wanita yang melihatnya di sebuah peternakan terpencil.
Ibu dan ayahnya, Jean-Tony telah menghabiskan lebih dari 1 dekade untuk mencari informasi tentang anak mereka yang hilang. Keduanya tidak menyadari bahwa anak mereka dipaksa untuk bekerja keras dari fajar sampai senja tanpa dibayar.
"Sebagian besar waktunya harus berbagi gudang dengan tikus," ujar Jean-Tony mengisahkan perjalanan hidup Darrell yang saat ditemui telah berusia 30 tahun.
Lalu pada saat ditemukan, Darrel yang bekerja sebagai pengurus kuda itu mengalami cacat pada tulang belakang.
"Saya merasa lupa, terputus dari dunia, seperti seorang tawanan," kata Darrel kepada kedua orang tuanya.
Darrel mengaku bosnya yang merupakan pemilik peternakan kuda di Peterstone, South Wales --wisatawan Irlandia yang pada awalnya menjanjikan pekerjaan yang layak-- tidak pernah memberinya libur sama sekali.
"Saya tidak pernah punya satu hari libur dalam 13 tahun. Aku takut mereka melakukan sesuatu padaku nanti, jika saya tidak tinggal di sana.," ujar Darrel ketakutan.
Ayah Darrel, Tony (66) menggambarkan putranya mungkin menjadi incaran pelaku karena sosoknya pemalu dan lemah.
"Apa yang terjadi padanya menghebohkan, tidak manusiawi. Orang seperti seperti orang jahat yang berkeliaran di jalanan, mengangkat orang-orang lemah dan menawarkan mereka kehidupan baru. Kemudian mereka diperlakukan seperti anjing," tutur Tony kesal.
Anaknya, sambung Tony, belum diizinkan untuk melihat dokter sejak 13 tahun lalu. Sedihnya, Darrel juga menderita hernia sebesar bola sepak. Dia juga mengalami kaki, banyak gigi yang hilang dan kelaparan.
Pemulihan
Darrell saat ini menjalani konseling intensif untuk menghilangkan penderitaannya menjadi budak selama 13 tahun. Ia juga mengaku dirinya tak pernah dikunci di dalam peternakan tempatnya bekerjak, tapi teror yang dilakukan pemilik mencegahnya melarikan diri.
Dia hanya melihat budak lain datang dan pergi --tunawisma dari kota-kota terdekat atau imigran Polandia dan Rusia.
"Saya tidak pernah diijinkan masuk ke rumah. Mereka menempatkan saya di sebuah gudang dengan tikus," tuturnya.
Dua tahun lalu ia diberi mobil karavan kecil untuk tempatnya tidur. Tapi dia masih harus mencuci pakaiannya dalam tempat makan minum kuda.
Keluarganya telah menghubungi polisi lebih dari 50 kali. Namun belum ada satu pun tanggapan dari pihak berwenang. Bahkan hingga Senin 1 Juli, belum ada tanda-tanda keberadaan Simester --pemilik peternakan tempat Darrel bekerja.
"Kami sedang menyelidiki di mana Simester tinggal," kata Polisi Gwent County yang tak disebutkan identitasnya. (Tnt)