Siput atau bekicot selama ini dianggap hama di kebun dan ladang pertanian. Namun, hewan moluska itu ternyata punya kegunaan lain, selain jadi bahan makanan restoran Prancis dengan nama keren escargot. Yakni, jadi material anti-penuaan (anti-ageing).
Sebuah perawatan wajah revolusioner di Jepang, tak hanya menggunakan lendir bekicot sebagai bahan pembuat krim, namun melibatkan siput-siput hidup, yang dibiarkan merayap di muka orang yang menjalaninya.
Meski menggelikan bagi sebagian orang, lendir bekicot diyakini mengandung campuran protein kuat, antioksidan, dan asam hyularonic atau Hyaluronic Acid (HA), yang membantu mempertahankan kelembaban kulit, meredakan peradangan, dan menghilangkan kulit mati.
Dalam perawatan wajah 60 menit yang ditawarkan Clinical Salon di Tokyo, pertama-tama, wajah akan dibersihkan, sebelum bekicot-bekicot berukuran kecil ditempatkan di pipi dan dahi pelanggan. Lalu, hewan-hewan itu dibiarkan bergerak sesuka mereka, menyebarkan lendirnya.
Perawatan wajah yang diberi nama "Celebrity Escargot Course" dihargai mahal, sekitar 161 poundsterling atau Rp 2,4 juta. Perawatan itu juga termasuk pijat wajah, masker, dan penggunaan mesin yang mengalirkan gelombang listrilk.
"Lendir bekicot bisa membantu pemulihan sel-sel kulit wajah. Sehingga, kami berharap perawatan ini bisa membantu memperbaiki kulit wajah yang rusak," kata Yoko Miniami, manajer pemasaran Clinical Salon kepada Sunday Telegraph, seperti dilansir Daily Mail, 14 Juli 2013.
Kandungan dalam lendir juga diyakini membantu mengatasi kerusakan akibat sinar matahari. "Kami tertarik dengan fakta bahwa lendir siput bisa membantu menyembuhkan kerusakan kulit akibat paparan sinar ultraviolet," tambah dia.
Menurut Yoko Miniami, salonnya juga menggunakan krim yang salah satu bahannya adalah lendir bekicot -- yang dihasilkan lima siput yang dipelihara dalam salon yang diberi makan sayuran organik termasuk wortel, bayam, lobak Swiss, dan bayam Jelang atau komatsuna.
Digunakan Sejak 2.000 Tahun Lalu
Meski untuk sebagian orang menjijikan, lendir bekicot bukan hanya baru-baru ini digunakan sebagai senjata anti-penuaan. Ia bahkan telah digunakan lebih dari 2.000 tahun lalu.
Dalam catatannya, Bapak Kedokteran, Hippocrates menghancurkan cangkang bekicot dan mencampurnya dengan susu asam, dan menggunakannya untuk mengobati peradangan kulit. Jauh tertinggal, baru belakangan produk mengandung lendir bekicot populer di Jepang dan Korea Selatan.
Meski memiliki sejarah panjang sebagai bahan untuk perawatan kecantikan, yang menginspirasi Clinical Salon justru diilhami oleh Gunung Fuji, yang baru-baru ini diakui sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO.
Apa hubungannya dengan Gunung Fuji?
Gara-garanya, para pendaki Fuji kerap mengalami kerusakan kulit saat meraih puncaknya, akibat udara yang tipis dan intensitas kuat cahaya matahari. Dan perawatan dengan bekicot adalah temuan relatif baru untuk mengatasinya.
Sebelumnya, krim mengandung lendir siput juga dikabarkan menjadi rahasia kecantikan artis Hollywood, Katie Holmes. (Ein)
Sebuah perawatan wajah revolusioner di Jepang, tak hanya menggunakan lendir bekicot sebagai bahan pembuat krim, namun melibatkan siput-siput hidup, yang dibiarkan merayap di muka orang yang menjalaninya.
Meski menggelikan bagi sebagian orang, lendir bekicot diyakini mengandung campuran protein kuat, antioksidan, dan asam hyularonic atau Hyaluronic Acid (HA), yang membantu mempertahankan kelembaban kulit, meredakan peradangan, dan menghilangkan kulit mati.
Dalam perawatan wajah 60 menit yang ditawarkan Clinical Salon di Tokyo, pertama-tama, wajah akan dibersihkan, sebelum bekicot-bekicot berukuran kecil ditempatkan di pipi dan dahi pelanggan. Lalu, hewan-hewan itu dibiarkan bergerak sesuka mereka, menyebarkan lendirnya.
Perawatan wajah yang diberi nama "Celebrity Escargot Course" dihargai mahal, sekitar 161 poundsterling atau Rp 2,4 juta. Perawatan itu juga termasuk pijat wajah, masker, dan penggunaan mesin yang mengalirkan gelombang listrilk.
"Lendir bekicot bisa membantu pemulihan sel-sel kulit wajah. Sehingga, kami berharap perawatan ini bisa membantu memperbaiki kulit wajah yang rusak," kata Yoko Miniami, manajer pemasaran Clinical Salon kepada Sunday Telegraph, seperti dilansir Daily Mail, 14 Juli 2013.
Kandungan dalam lendir juga diyakini membantu mengatasi kerusakan akibat sinar matahari. "Kami tertarik dengan fakta bahwa lendir siput bisa membantu menyembuhkan kerusakan kulit akibat paparan sinar ultraviolet," tambah dia.
Menurut Yoko Miniami, salonnya juga menggunakan krim yang salah satu bahannya adalah lendir bekicot -- yang dihasilkan lima siput yang dipelihara dalam salon yang diberi makan sayuran organik termasuk wortel, bayam, lobak Swiss, dan bayam Jelang atau komatsuna.
Digunakan Sejak 2.000 Tahun Lalu
Meski untuk sebagian orang menjijikan, lendir bekicot bukan hanya baru-baru ini digunakan sebagai senjata anti-penuaan. Ia bahkan telah digunakan lebih dari 2.000 tahun lalu.
Dalam catatannya, Bapak Kedokteran, Hippocrates menghancurkan cangkang bekicot dan mencampurnya dengan susu asam, dan menggunakannya untuk mengobati peradangan kulit. Jauh tertinggal, baru belakangan produk mengandung lendir bekicot populer di Jepang dan Korea Selatan.
Meski memiliki sejarah panjang sebagai bahan untuk perawatan kecantikan, yang menginspirasi Clinical Salon justru diilhami oleh Gunung Fuji, yang baru-baru ini diakui sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO.
Apa hubungannya dengan Gunung Fuji?
Gara-garanya, para pendaki Fuji kerap mengalami kerusakan kulit saat meraih puncaknya, akibat udara yang tipis dan intensitas kuat cahaya matahari. Dan perawatan dengan bekicot adalah temuan relatif baru untuk mengatasinya.
Sebelumnya, krim mengandung lendir siput juga dikabarkan menjadi rahasia kecantikan artis Hollywood, Katie Holmes. (Ein)