Mengejutkan! Teroris di Mal Kenya Diduga Ada dari AS dan Inggris

Menurut klaim Al Shabaab, 3 penyerang dari Amerika Serikat, 2 dari Somalia, dan masing-masing 1 dari Kanada, Finlandia, Kenya, dan Inggris.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 24 Sep 2013, 11:22 WIB
Diterbitkan 24 Sep 2013, 11:22 WIB
teror-kenya-130924b.jpg
Selasa 24 September 2013. Ini hari keempat penyerbuan kelompok bersenjata di Westgate Shopping Mall di Nairobi, Kenya. Baku tembak antara aparat keamanan dan teroris Al-Shabaab masih sesekali terjadi, sejumlah orang bersenjata masih berada di pusat perbelanjaan itu.

Kementerian Dalam Negeri Kenya dalam tweet-nya Senin 23 September menyatakan aparat telah berhasil mengendalikan situasi di mal kelas atas itu. Sementara, setidaknya 62 orang tewas dalam insiden tersebut.

"Ambil alih semua lantai. Kami di sini tidak untuk memberi makan para penyerang dengan kue-kue. Tapi menghentikan dan menghukum mereka," kata pejabat kepolisian Kenya, Inspektur Jenderal David Kimaiyo, dalam akun twitter-nya, seperti dimuat CNN, Selasa (24/9/2013).

Berbeda dengan klaim polisi Kenya, dua sumber pejabat senior Kenya mengatakan, orang bersenjata, termasuk penembak jitu, masih berada di dalam bangunan mal berlantai 4 itu. Belum jelas apakah mereka masih menyandera sejumlah orang. Palang Merah Kenya mengatakan, 65 orang masih hilang setelah serangan.

Sejauh ini, 3 teroris telah tewas sejak Sabtu lalu. Demikian keterangan Kementerian Luar Negeri Senin kemarin. Sementara menurut Angkatan Bersenjata Kenya, 11 tentara terluka. Lebih dari 200 warga sipil berhasil diselamatkan.

Jauh dari mal, aparat keamanan Kenya mengatakan, mereka telah menahan lebih dari 10 orang, untuk dimintai keterangan terkait serangan tersebut. Termasuk 4 yang diamankan saat berada di bandara.

Penegak hukum telah memperketat pemeriksaan dokumen perjalanan. Departemen Imigrasi setempat juga meningkatkan keamanan di sejumlah pintu masuk dan keluar negara itu.

Teroris Internasional

Meski kelompok teror Al Shabaab dari Somalia telah menyatakan bertanggung jawab, namun muncul dugaan, orang-orang bersenjata itu dari negeri tetangga. Apalagi, salah satu anggota kelompok bersenjata diduga seorang perempuan berkulit putih, yang diduga Samantha Lewthwaite, si 'janda putih'.

Menteri Luar Negeri Kenya Amina Mohamed kepada PBS NewsHouse mengatakan, sejumlah penyerang berasal dari Amerika Serikat. Atau persisnya, menurut Bu Menteri, mereka dari Minnesota dan Missouri.

"Seperti yang Anda ketahui, baik korban maupun pelaku berasal dari Kenya, Inggris, dan AS," kata Menlu Amina. "Dari informasi yang kami peroleh, ada 2 atau 3 warga AS. Dan sejauh ini saya mendengar dugaan keterlibatan seorang WN Inggris di antara para pelaku."

Masih berdasarkan informasi yang didapat Menlu, WN Amerika yang diduga terlibat adalah para pemuda. "Berusia antara 18 dan 19 tahun, punya darah keturunan Somalia dan Arab," kata Amina kepada PBS.

Sebelumnya, Komandan Angkatan Bersenjata Kenya, Jenderal Julius Karangi mengatakan, para penyerang datang dari beragam latar belakang.

"Kami mendapat gagasan orang-orang ini jelas kelompok multinasional dari seluruh dunia," katanya kepada wartawan di Nairobi. "Ini jelas bukan aksi lokal. Ini terorisme internasional."

Sebelum akunt twitter-nya ditutup, Al-Shabaab mengeluarkan daftar identitas 9 orang di antara penyerang. Yakni, 3 orang dari Amerika Serikat, 2 dari Somalia, dan masing-masing 1 dari Kanada, Finlandia, Kenya, dan Inggris .

Belum diketahui kebenaran informasi tersebut. Sejauh ini pejabat AS belum mengonfirmasi dugaan keterlibatan WN Amerika Serikat dalam aksi teror di Kenya. Sementara FBI masih menyelidiki klaim tersebut.

"Pada titik ini kita tidak memiliki bukti definitif dari kebangsaan atau identitas para pelaku," kata juru bicara Departemen Luar Negeri, Jen Psaki.

Sebelumnya, pejabat federal pemimpin Somalia-Amerika di Minneapolis telah melaporkan Al-Shabaab telah merekrut sejumlah pemuda untuk dikirim ke Afrika untuk 'berjuang'.

Presiden Barack Obama telah mengucapkan bela sungkawa atas serangan berdarah tersebut di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB hari Senin. Dia tidak menentukan apakah Amerika telah melibatkan diri, tapi ia menjanjikan dukungan AS dan menggambarkan situasi sebagai keprihatinan global.

"Ini, saya pikir, menggarisbawahi sejauh mana kita semua sebagai masyarakat internasional harus melawan jenis kekerasan yang tidak masuk akal ini." (Ein/Yus)

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya