Jadi `Budak Seks` di AS, Shandra Woworuntu: Kepalaku Ditodong

Shandra mengaku melihat banyak perempuan di bawah umur yang dipekerjakan paksa untuk melayani lelaki hidung belang.

oleh Riz diperbarui 04 Feb 2014, 14:58 WIB
Diterbitkan 04 Feb 2014, 14:58 WIB
shandra-woworuntu-140204b.jpg

Perempuan Indonesia, Shandra Woworuntu terjebak dalam dunia gelap perbudakan seks di Amerika Serikat. Hal itu ia beberkan baru-baru ini dalam wawancara dengan VOA Indonesia.

Kala itu, tahun 2001, pada usianya baru 25 tahun, Shandra hendak mengadu nasib dengan bekerja ke AS melalui suatu agensi. Wanita yang baru saja kehilangan pekerjaan sebagai analis bank pasca-krisis moneter 1998 ini berharap bisa meraup pundi uang dengan bekerja di Negeri Paman Sam.

"Saya berharap banyak. Amerika adalah mimpi saya," ujar Shandra, seperti dimuat Independent Online, Selasa (4/2/2014).

Namun setibanya di Bandara John F Kennedy, New York, Shandra malah disekap sindikat perdagangan manusia. Ia dan calon pekerja wanita lain tak bisa langsung ke Chicago, melainkan dibawa agen perdagangan manusia dan harus menginap di kota berjuluk 'Big Apple' itu.

"Mereka menodong kepalaku dengan pistol. Waktu itu aku berpikir harus segera menyelamatkan diri. Aku diculik. Yang harus kulakukan hanya bertahan hidup," ujar Shandra.

Dalam sebuah tempat penyekapan, Shandra mengaku melihat banyak perempuan di bawah umur, berusia antara 10 hingga 12 tahun yang dipekerjakan paksa untuk melayani lelaki hidung belang. Para wanita malang itu dipaksa bekerja sepanjang malam.

"Aku tak tahu wanita-wanita muda itu dari negara mana. Telepon (panggilan dari pelanggan) selalu berdering," jelasnya, dengan nada sedih.

Selama disekap, Shandra berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Sesekali ia dikurung di dalam mobil van dengan jendela yang tertutup rapat dan dikawal pria berbadan kekar.

Manhattan, Chinatown, Queens, Brooklyn, Bay Side, New London dan Foxwoods -- semuanya di New York. Itu nama-nama lokasi operasi sindikat perdagangan manusia yang diingat Shandra.

Shandra juga mengaku dirinya harus membayar biaya perekrutan kepada para agen penjahat itu sebesar US$ 30 ribu atau sekitar Rp 366 juta.

Wanita yang kini berusia 36 tahun itu tak mengingat berapa lama disekap. Yang pasti, dari mulai musim semi hingga berubah menjadi musim dingin pada tahun yang sama. "Ini bukanlah pekerjaan yang mereka janjikan (sebelumnya)," ujar Shandra.

Shandra pada akhirnya berhasil melarikan diri dari tempat penyekapan. Jendela kamar mandi yang terbuka memberinya celah untuk kabur. Keajaiban, ia loncat dari jendela dan pergi tanpa cedera.

Namun nasib nahas belum berakhir untuk Shandra. Seperti keluar dari mulut singa masuk mulut buaya, Shandra yang baru saja berhasil kabur malah terjebak sindikat lain. Yang pemimpinnya justru orang Indonesia. Shandra kabur lagi.

"Saya ke polisi, tapi polisi tidak mau membantu. Saya juga ke konsulat (KJRI) tetapi mereka juga tidak bantu. Saya betul-betul tidak punya tempat tinggal dan uang untuk hidup. Saya terpaksa tinggal di dalam stasiun kereta api bawah tanah dan di taman-taman, hingga suatu saat ada yang tolong. FBI akhirnya turun tangan. Mereka kontak polisi dan kasus saya ditangani," kata dia.

Berkat catatan Shandra selama disekap, berupa alamat lengkap markas sindikat perdagangan manusia, FBI berhasil menggulung sindikat jahat itu.

Tiga kepala sindikat – termasuk seorang warga Indonesia, ditangkap. Puluhan korban dibebaskan. Janji Shandra pada korban lain saat ia kabur, ditunaikan.

Bicara di Senat AS

Pada 27 Januari 2014 lalu, Shandra bersama beberapa korban sindikat perdagangan manusia yang berhasil menyelamatkan diri dan LSM-LSM penggiat isu tersebut berbicara di sidang dengar pendapat Senat AS.

Senator Partai Republik dari negara bagian Florida, Marco Rubio, memuji upaya dan keberanian Shandra menyuarakan perlunya aturan lebih tegas bagi para kontraktor tenaga kerja dari luar Amerika, sebagaimana Comprehensive Immigration Reform Plan yang diusulkannya. Kini, Shandra menjadi pahlawan.

Dalam laporan Global Trafficking in Persons 2013, Departemen Luar Negeri AS menyatakan AS merupakan sumber, tempat transit, dan negara tujuan bagi laki-laki, perempuan dan anak-anak, baik warga Amerika maupun warga asing, terkait kerja paksa, jeratan utang, perbudakan terpaksa, dan perdagangan seks, dengan sebagian besar korban berasal dari Meksiko, Thailand, Filipina, Honduras, dan Indonesia. (Riz/Yus)

Baca juga:

Kisah Shandra Woworuntu, `Budak Seks` yang Jadi Pahlawan di AS
KJRI Mengaku Bantu Shandra yang Terjebak Jadi Budak Seks di AS
Hanya Karena Nama, Lelaki Inggris Ini Gagal Peroleh Paspor

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya