Cara Berkomunikasi Secara Efektif dengan Anak

Mendidik anak harus dengan teladan. Bila tidak percuma saja

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 18 Jul 2014, 07:00 WIB
Diterbitkan 18 Jul 2014, 07:00 WIB
Doa dan Peluk Iringi Perayaan Hari Ibu di Filipina
Saling peluk antara ibu dan anak mewarnai acara Hari Ibu yang diadakan di sebuah taman di pinggiran kota Manila, (11/5/2014). Hal ini menunjukkan rasa cinta dan hormat seorang anak kepada ibunya. (AFP PHOTO/Jay Directo)

Liputan6.com, Jakarta Pemberian perangkat gadget pada anak kerap dilakukan orangtua sebagai sarana dalam belajar. Sejauh anak dianggap sebagai subjek oleh orangtua, memperkenalkan gadget di usia yang relatif kecil tidak akan jadi masalah.

Demikian disampaikan Dr Kresno Mulyadi, Sp.KJ, di Omni Hospital Alam Sutera, Jalan Alam Sutera Boulevard Kav 25, Serpong, Tangerang, Kamis (17/7/2014)

"Perkenalkan gadget pada anak boleh saja, selagi anak benar-benar ditempatkan sebagai subjek. Kita, sebagai orangtua, harus memperdayakan si buah hati betul-betul dia itu subjek," kata Kresno.

Meski begitu, tetap diperlukan pengawasan ketat dari orangtua, dan melarang sebuah tindakan yang benar-benar tidak boleh dilakukannya. Tapi, harus diingat, tidak dengan omelan.

"Apabila orangtua mau melarang dalam pengawasan, boleh. Dengan catatan, posisi orangtua sebagai teladan. Jangan orangtua melarang, tapi orangtua pula yang melakukannya. Itu bukan keteladanan yang baik," kata Kresno.

Lanjut Kresno, orangtua zaman sekarang harus mencontoh prinsip hidup Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara. Di mana, mendidik harus memberikan teladan pada anak.

"Misalnya, si ibu memerintahkan anak untuk belajar, tapi dia sendiri malah nonton televisi. Tindakan ini tidak memberikan teladan sedikit pun. Kalau memang menyuruh anak belajar atau baca, ibunya harus membaca sesuatu. Orangtua harus pahami bahwa sejatinya anak itu memiliki sifat meniru. Dia melihat dan meneladaninya," kata Kresno menjelaskan.

Selain itu, kata Psikiater Omni Hospital Alam Sutera, dalam memberikan pengawasan orangtua tidak boleh menunjukkan kesan komando. Usahakan, ada interaksi kuat antara orangtua dan anak.

"Saya terkesan dengan teorinya Thomas Jordan, yaitu komunikasi efektif. Jadi, komunikasi itu harus efektif, bukan efisien. Jangan melarang sesuatu, lalu meninggalkannya. Efektif itu anak harus didampingi dan diawasin, tidak memerintah begitu saja," kata dia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya