Pria Ini Bangun dari Koma Setelah Diberi Obat Tidur

Seorang pria di Italia yang koma selama 40 hari akibat kecelakaan mobil akhirnya sadar

oleh Fitri Syarifah diperbarui 08 Jan 2015, 18:00 WIB
Diterbitkan 08 Jan 2015, 18:00 WIB
7 Efek Buruk Dari Konsumsi Obat Tidur
Mereka berpikir bahwa obat tidur mampu memberikan apa yang diinginkan, yaitu tidur dengan lelap

Liputan6.com, Jakarta Seorang pria di Italia yang koma selama 40 hari akibat kecelakaan mobil akhirnya sadar. Menurut catatan medis, pria tersebut terbangun setelah diberi obat penenang yang biasanya diberikan sebelum operasi yang disebut midazolam.

Seperti dikutip Livesciene, Kamis (8/1/2015), kondisi pria berusia 43 tahun itu cukup baik meski dia masih sulit bergerak normal. Tapi dia mampu membuka dan menutup matanya serta meraih dan menyentuh objek.

"Dia sudah bisa bicara melalui ponsel. Tapi dia tidak ingat kecelakaan itu," kata perawat dalam studi yang dipublikasikan dalam jurnal Neurology Restorative dan Neuroscience..

Yang mengherankan, efek obat mereda setelah sekitar dua jam, dan pria itu kembali ke keadaan sebelumnya. Tidak responsif terhadap lingkungan.

Untuk melihat apakah itu obat tersebut mempengaruhi kondisinya, para peneliti memberikan orang midazolam lagi. Beberapa menit setelah pemberian, pasien kembali dapat berinteraksi dengan saudaranya dan menjawab pertanyaan para peneliti. Ia bahkan mampu menghitung soal matematika sederhana, seperti 100 minus 7, serta membaca dan memahami kalimat sederhana.

Sayangnya, meskipun midazolam efektif sebagai obat jangka pendek untuk pria itu, namun ahli cedera otak di RS Italia, Dr Maria Chiara Carboncini mengatakan tidak bisa terus memberikan obat ini kepadanya lantaran risiko efek samping.

Untuk itu, para peneliti sedang mencoba memberikan obat lain yang disebut lorazepam. Sayang, setelah beberapa hari terapi dengan lorazepam, pria itu justru menjadi gelisah dan agresif. Akhirnya dokter beralih ke obat carbamazepine, obat yang digunakan untuk mengobati orang dengan epilepsi.

"Obat ini memungkinkan orang untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang-orang," kata Carboncini.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya