Liputan6.com, Jakarta Baru-baru ini seorang pria berusia 34 tahun mengaku memiliki kesempatan 100 kali untuk merasakan orgasme, sebelum kehilangan kemampuan ereksi selamanya. Ini karena kondisi langka yang dialaminya. Lantas apa kata para ahli?
Kondisi yang dialami pria yang dikenal dengan inisial RLS ini disebut dengan 'fibrosis idiopatik dari corpora cavernosa' - yang pada dasarnya berarti jaringan fibrosa yang tak bisa dijelaskan akibat terbentuknya jaringan parut yang keras di penis.
Profesor Raj Persad, seorang urolog konsultan di Bristol Royal Infirmary, mengatakan ia tidak yakin. Terbentuknya jaringan parut mungkin saja menyebabkan impoten, tapi mustahil bisa memprediksi jumlah orgasme pria sebelum penisnya berhenti bekerja.
"Idiopatik" berarti tak dapat dijelaskan. Ada kondisi seperti fibrosis yang membuat aliran darah ke penis tak mungkin.
"Tapi, ada macam-macam penyebab fibrosis, seperti trauma," kata Profesor Persad seperti dilansir Mailonline, Senin (9/2/2015).
Profesor Persad menduga, pria itu kemungkinan mengalami masalah psikogenik atau menderita penyakit Peyronie.
Peyronie, yang biasanya mempengaruhi orang berusia lebih dari 40 tahun. Namun bisa juga terjadi pada orang-orang dari segala usia.
Kondisi tersebut membuat area di penis menebal atau berbentuk benjolan keras di batang penis. Akibatnya, penis bisa melengkung, dan pria bisa merasakan sakit selama ereksi, atau kadang-kadang tidak mampu merasakannya.
Dokter tidak tahu persis apa yang menyebabkan penyakit Peyronie, tetapi selama ini dikaitkan dengan cedera atau pukulan berulang di penis. Selain itu Peyronie juga berhubungan dengan kadar testosteron yang rendah.
Urolog lainnya menjelaskan, tak mungkin memprediksi berapa kali seorang pria dengan fibrosis bisa mengalami ejakulasi sebelum akhirnya menderita disfungsi ereksi.
Dr Ian Eardley, seorang Konsultan Urolog di Leeds Teaching Hospital Trust dan juru bicara The Urologi Foundation, mengatakan diagnosis RLS terdengar tidak masuk akal.
"Anda bisa mengalami fibrosis dan jaringan parut, biasanya disebabkan masalah aliran darah ke penis.
"Tapi, itu tak akan menghentikannya ejakulasi karena mekanismenya berbeda," katanya.
Menurutnya, aliran darah tidak berhubungan dengan penggunaan kelamin dalam beraktivitas seksual. Fibrosis tidak akan diperburuk hubungan intim, faktanya mungkin membaik.
"Ada aliran darah melalui penis sepanjang waktu.
"Ejakulasi dan ereksi adalah dua mekanisme terpisah. Jika Anda mengalami fibrosis, Anda mungkin kehilangan ereksi. Ada laki-laki dengan fibrosis yang dapat klimaks dan ejakulasi tetapi mereka tidak bisa mendapatkan ereksi."
Dr Eardley menduga pria tersebut mengalami Peyronie, tapi itu normal pada pria yang lebih tua dan itu sangat jarang.
Baca Juga:
Advertisement