Liputan6.com, New York Sebuah penelitian yang dipublikasikan pada 19 Maret di American Journal of Public Health mengungkap, bayi tabung atau yang melalui proses in vitro fertilization (IVF) dalam kelahirannya berisiko tinggi menyandang autisme.
Mirisnya, Profesor ilmu sosial di Universitas Columbia di New York City, Peter Bearman menyebutkan peningkatan risiko autis justru terlihat pada ibu yang berusia di bawah 35 tahun saat memiliki anak kembar.
Untuk penelitian yang dilakukan sejak 1997-2007 di New York ini, tim Bearman mengumpulkan data dari 5,9 juta kelahiran California, termasuk 48.865 bayi tabung dan 32.922 anak autis. Para peneliti kemudian
membandingkan kejadian autisme pada kelahiran yang melibatkan pengobatan infertilitas dan mereka yang tidak.
Advertisement
"Ada hubungan antara IVF dan autisme, tetapi ketika kita dapat mengendalikan dengan faktor seperti usia ibu, kondisi kehamilan dan komplikasi persalinan serta kelahiran kembar, kita mungkin bisa mengurangi risiko autisme," kata Bearman, seperti dikutip WebMD, Senin (23/3/2015).
Senada dengan Bearman, Direktur Penelitian Kesehatan Masyarakat di Autism Speaks, Michael Rosanoff mengatakan, faktor yang berhubungan dengan kelahiran dan usia ibu mungkin membantu menjelaskan hubungan antara IVF dan autisme.
"Studi ini muncul untuk menunjukkan efek sederhana tapi signifikan terlihat dampak dari teknologi reproduksi yang berisiko autisme," jelasnya.