Indonesia Dirikan RS Lapangan di Nepal, Rabu Mulai Operasi

Tim Indonesia Peduli Nepal (IPN) telah berhasil mendirikan rumah sakit lapangan (RSL) di daerah Satunggal

oleh Liputan6 diperbarui 07 Mei 2015, 15:52 WIB
Diterbitkan 07 Mei 2015, 15:52 WIB
Demi Makanan Korban Gempa Nepal Antre Berjam-jam
Ribuan korban gempa tengah mengantre untuk mendapatkan makanan di lokasi pengungsian, di Kathmandu, Nepal, Senin (4/5/2015). Korban gempa 7,9 SR di Nepal perlahan mulai mendapat bantuan dari banyak negara. (REUTERS/Adnan Abidi)

Liputan6.com, Jakarta Tim Indonesia Peduli Nepal (IPN) telah berhasil mendirikan rumah sakit lapangan (RSL) di daerah Satunggal, sekitar 45 menit menggunakan mobil dari pusat Kota Kathmandu, Selasa dan mulai beroperasi pada Rabu (5/5/2015).

Rumah Sakit Lapangan Indonesia Peduli Nepal (RSL IPN) telah selesai didirikan pada Selasa, dan saat ini tengah dilakukan finalisasi untuk menempatkan peralatan.

Peresmian pembukaan RSL IPN dilakukan oleh Duta Besar RI untuk Bangladesh dan Nepal Iwan Wiranata-atmadja yang juga sempat mencoba tempat tidur lipat di rumah sakit tersebut.

Dubes Iwan didampingi Konsul Kehormatan RI untuk Nepal Chandra Prasad Dhakal, Direktur Tanggap Darurat BNPB Junjunan Tambunan, dan Direktur RSU Kantipur Buddhi Man Shrestha kemudian meninjau tenda RSL yang berukuran 96 meter persegi tersebut.

RSL IPN dibangun berdasarkan standar rumah sakit darurat internasional yang dilengkapi dengan Unit Gawat Darurat (UGD) dan ruang pasca-operasi dengan alat-alat medis lengkap dan obat-obatan memadai.

Selain itu, RSL IPN juga memiliki rumah sakit rujukan, yakni RSU Kantipur yang jaraknya tidak terlalu jauh.

Tenda RSL IPN, peralatan medis dan obat-obatan yang secara total berbobot empat ton, merupakan bagian dari paket kemanusiaan RI untuk Nepal yang dikirim menggunakan pesawat sewaan Garuda Indonesia dan tiba di Kathmandu 1 Mei lalu.

Pendirian RSL IPN membutuhkan waktu yang lumayan lama untuk ukuran keadaan darurat, yakni empat hari, karena tim RI harus berkoordinasi dengan beberapa otoritas Nepal sekaligus, antara lain Kementerian Kesehatan dan Militer Nepal.

Meskipun demikian, tim IPN langsung bekerja dengan cepat untuk mendirikan RSL begitu izin diberikan otoritas Nepal.

"Saya sangat gembira dan terkesan karena fasilitas seperti ini hanya didirikan oleh tiga negara lain, sehingga terlaksananya pendirian rumah sakit lapangan ini merupakan kolaborasi yang sangat baik dari semua pihak," kata Dubes Iwan.

Koordinator tim IPN yang sekaligus Direktur Tanggap Darurat Bencana, Junjunan Tambunan mengatakan Kementerian Kesehatan Nepal telah meminta agar durasi operasional RSL IPN diperpanjang hingga 15 hari ke depan, yang semula hanya 14 hari.

"Ini bukti bahwa rumah sakit darurat sangat dibutuhkan di Nepal dan bantuan kemanusiaan dari Indonesia tepat sasaran," kata dia.

Sepuluh dokter, termasuk spesialis ortopedi, anestesi, bedah umum, dan dokter umum, serta satu apoteker dan beberapa perawat akan bekerja di RSPL tersebut, disamping meneruskan bantuan kesehatan di RSU Kantipur.

Selain mendirikan RSL IPN, tim kemanusiaan Indonesia juga mendirikan tenda pengungsian dan toilet bagi para pengungsi.

Letak RSL IPN berada di lahan kosong dikelilingi perumahan yang masih utuh, namun sekitar 500 meter dari tempat tersebut ratusan bangunan telah rata dengan tanah dan puluhan orang belum ditemukan.

Menurut seorang warga Satunggal, Krishna Kumari (30), baru 19 jenazah yang ditemukan dengan proses evakuasi yang dilakukan secara swadaya oleh masyarakat setempat.

Masih sedikit bantuan

Koordinator tim kesehatan RSL IPN Letkol CKM dr Muhammad Aminuddin mengatakan meskipun relatif dekat dengan ibu kota, bantuan yang masuk ke wilayah dengan penduduk sekitar 40 ribu tersebut masih sedikit sehingga pendirian RS lapangan IPN sangat dibutuhkan oleh masyarakat.

Indonesia juga menjadi negara pertama yang mendirikan posko tetap di daerah tersebut. "Selain UGD (Unit Gawat Darurat), kita juga akan melayani poliklinik umum," kata dia.

Rumah sakit berukuran 96 meter persegi tersebut memiliki tiga ruangan yang terdiri dari poliklinik di bagian depan, ruang operasi di bagian tengah dan pasca-operasi di bagian belakang.

Sepuluh dokter, termasuk spesialis ortopedi, anestesi, bedah umum, dan dokter umum, serta satu apoteker dan beberapa perawat akan bekerja di RSPL tersebut, disamping meneruskan bantuan kesehatan di Rumah Sakit Umum Kantipur.

Selain peralatan medis dan obat-obatan, RSL IPN juga memiliki meja operasi dan tempat tidur lipat yang sesuai dengan standar internasional untuk mendirikan rumah sakit darurat.

Tim juga akan dibantu tenaga medis dari Rumah Sakit Umum Kantipur yang ditunjuk pemerintah Nepal sebagai rujukan RSL IPN.

Pemimpin RSU Kantipur dr Buddhi Man Shrestha mengatakan rumah sakit seperti yang dimiliki IPN adalah kebutuhan yang mendesak di wilayah yang terdampak gempa karena klinik-klinik lokal juga rusak akibat gempa.

Sebelum RSL IPN didirikan, korban yang terluka ataupun sakit harus dibawa ke Kathmandu sehingga kadang terlambat untuk memberikan pertolongan yang memadai.

"Bantuan seperti inilah yang kami tunggu-tunggu," kata dia.

"Oleh karena itu, RSU Kantipur sangat senang untuk dapat bekerja sama dengan tim Indonesia," lanjut Shrestha.

Selain RSL, tim IPN juga akan membangun tenda pengungsi untuk mengganti tenda-tenda yang tidak layak huni.

Letak RSL IPN berada di lahan kosong dikelilingi perumahan yang masih utuh, namun sekitar 500 meter dari tempat tersebut ratusan bangunan telah rata dengan tanah dan puluhan orang belum ditemukan.

Menurut seorang warga Satunggal, Krishna Kumari (30 tahun), baru 19 jenazah yang ditemukan dengan proses evakuasi yang dilakukan secara swadaya oleh masyarakat setempat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya