Liputan6.com, Jakarta Kebanyakan dari Anda mungkin sudah mengetahui bahaya penggunaan sikat gigi dalam waktu lama. Namun ada satu hal yang penting, penggunaan sikat gigi setelah sakit juga ternyata juga bisa memicu penyakit.
Sebuah studi di University of Manchester, Inggris bahkan menemukan, sikat gigi rata-rata memiliki lebih 10 juta bakteri termasuk E. Coli yang dapat menyebabkan diare ringan, muntah dan kram perut yang parah. Selain itu bakteri Staph yang dapat menyebabkan infeksi. Terlebih lagi, pada waktu tertentu ada 100-200 spesies bakteri yang hidup pada sikat gigi.
Baca Juga
"Menjaga kebersihan sikat gigi sama pentingnya dengan mencegah penyakit," kata seorang profesor mikrobiologi di University of Arizona, Charles Gerba, Ph.D pada Womenshealth, Senin (1/6/2015).
Advertisement
Untuk itu, Gerba dan juru bicara American Dental Association, Maria Lopez Howell menyampaikan lima hal penting terkait kebersihan gigi yang kerap diabaikan, sebagai berikut:
1. Bersihkan sikat gigi setiap hari
Ya, setiap hari. "Saat menyikat gigi, bakteri akan keluar dari mulut. Itulah pentingnya membilas sikat gigi dengan air bersih untuk menghilangkan bakteri yang tersisa," kata Howell.
2. Tidak menyimpannya dekat toilet
"Tetesan air setelah Anda siram toilet akan lama menetap di permukaan seluruh kamar mandi-termasuk sikat gigi Anda. Bayangkan bila Anda sedang menyikat gigi dan flossing kemudian ada luka kecil di mulut Anda. Maka segala cirus dapat mudah masuk ke tubuh Anda seperti hepatitis B," kata Gerba.
3. Ganti sikat gigi setelah sakit
Meski belum ada bukti yang menemukan bakteri pada sikat gigi akan semakin banyak saat sakit, tapi tidak ada salahnya melakukan hal ini untuk mencegah masuknya bakteri ke tubuh.
4. Ganti sikat gigi 3-4 bulan
Jangan tunggu sikat gigi Anda rusak. "Menggati sikat gigi baiknya tiga bulan sekali agar dapat bekerja secara efektif menghilangkan plak dari gigi dan gusi," kata Howell.
5. Jangan berbagi sikat gigi
Tidak peduli seberapa banyak anggota keluarga Anda di rumah, meminjamkan orang lain sikat gigi yang biasa digunakan akan meningkatan risiko infeksi. "Setiap orang memiliki jumlah bakteri yang berbeda dalam mulutnya. Jadi mengapa mengambil risiko?" tukas Howell.