Liputan6.com, Jakarta - Dalam Islam, ada larangan puasa setelah Nisfu Sya'ban, bagi yang tak terbiasa atau menanggung utang puasa Ramadhan. Mayoritas ulama menyatakan, hukumnya haram.
Akan tetapi, ada pengecualian untuk sejumlah golongan mengenai keharaman puasa setelah pertengahan Sya'ban. Hal itu dijelaskan oleh ulama kharismatik Cirebon, KH Yahya Zainul Maarif (Buya Yahya).
Advertisement
Baca Juga
Penjelasan Buya Yahya mengenai kebolehan puasa setelah Nisfu Sya'ban bagi golongan yang memiliki lima alasan menjadi artikel terpopuler di kanal Islami Liputan6.com, Sabtu (15/2/2025).
Artikel kedua yang juga menyita perhatian adalah pertanyaan mengenai hukum memasukkan sesuatu ke mulut, apakah pasti membatalkan puasa? Semisal, sikat gigi.
Sementara, artikel ketiga terpopuler yaitu bolehkah qadha puasa Ramadhan setelah Nisfu Sya'ban, mengingat ada larangan puasa setelah Nisfu Sya'ban.
Selengkapnya, mari simak Top 3 Islami.
Simak Video Pilihan ini:
1. Puasa setelah Nisfu Sya’ban Haram, tapi jika Penuhi 5 Alasan Ini Boleh Kata Buya Yahya
Puasa di bulan Sya’ban adalah amalan sunnah yang dianjurkan untuk dilakukan oleh umat Islam. Bahkan, Rasulullah SAW termasuk sering berpuasa di bulan tersebut, sebelum akhirnya melaksanakan puasa Ramadhan.
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: ... كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ، كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ إِلاَّ قَلِيلاً. (رواه مسلم)
Artinya: “Diriwayatkan dari ‘Aisyah ra, ia berkata: ‘… Rasulullah SAW sering berpuasa Sya’ban seluruhnya; beliau sering berpuasa Sya’ban kecuali sedikit saja’.” (HR Muslim).
Pada dasarnya, tidak ada ketentuan khusus mengenai kapan puasa Sya’ban dilakukan, entah itu di awal, pertengahan, maupun menjelang akhir Sya’ban. Namun, ada hadis yang menyebutkan jika puasa setelah Nisfu Sya’ban atau memasuki paruh kedua bulan tersebut dilarang alias haram.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِذَا اِنْتَصَفَ شَعْبَانَ فَلَا تَصُومُوا. (رَوَاهُ اَلْخَمْسَةُ)
Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, sungguh Rasullah saw bersabda: ‘Ketika Sya’ban sudah melewati separuh bulan, maka janganlah kalian berpuasa’.” (HR Imam Lima: Ahmad, Abu Dawud, at-Tirmidzi, an-Nasa’i, dan Ibnu Majah)
Mengutip NU Online, hadis di atas menegaskan bahwa hukum puasa setelah Nisfu Sya’ban adalah haram. Lantas, apakah ada toleransi jika mengharuskan puasa di paruh kedua Sya’ban? Simak penjelasan Pengasuh LPD Al Bahjah, KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya.
Advertisement
2. Sikat Gigi Siang Hari Apakah Membatalkan Puasa? Begini Kata Buya Yahya
Dalam menjalankan ibadah puasa, banyak pertanyaan yang sering muncul terkait hal-hal yang dapat membatalkan puasa. Salah satu pertanyaan yang sering ditanyakan adalah apakah memasukkan sesuatu ke dalam mulut dapat membatalkan puasa atau tidak.
Dalam ajaran Islam, puasa tidak hanya menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga menjaga diri dari hal-hal yang bisa membatalkan puasa. Namun, tidak semua yang masuk ke dalam mulut secara otomatis membatalkan puasa.
KH Yahya Zainul Ma'arif atau Buya Yahya, Pengasuh Lembaga Pengembangan Da'wah dan Pondok Pesantren Al-Bahjah yang berpusat di Cirebon, memberikan penjelasan mengenai hal ini. Dalam sebuah ceramah yang dinukil dari tayangan video di kanal YouTube @buyayahyaofficial, ia menjelaskan tentang hukum memasukkan sesuatu ke dalam mulut saat berpuasa.
"Memasukkan sesuatu ke dalam mulut tidak otomatis membatalkan puasa. Yang membatalkan adalah jika sesuatu itu ditelan," ujar Buya Yahya.
Ia menjelaskan bahwa seseorang yang memasukkan sesuatu ke dalam mulut, tetapi tidak menelannya, puasanya tetap sah. Namun, hal tersebut makruh atau sebaiknya dihindari karena dapat berisiko membatalkan puasa jika tidak berhati-hati.
Buya Yahya mencontohkan penggunaan pasta gigi saat berpuasa. Ia menjelaskan bahwa jika seseorang sikat gigi dengan pasta gigi di siang hari dan tidak menelannya, maka puasanya tetap sah.
Namun, jika pasta gigi tersebut tertelan, meskipun hanya sedikit, maka puasanya batal. Oleh karena itu, dianjurkan untuk lebih berhati-hati dalam menyikat gigi saat sedang berpuasa.
3. Ada Larangan Berpuasa setelah Nisfu Sya’ban, Bagaimana jika Belum Selesai Qadha Puasa Ramadhan? UAS Menjawab
Nisfu Sya’ban yang jatuh pada 15 Sya’ban telah berlalu. Kini, bulan kedelapan dalam kalender Hijriah itu memasuki separuh terakhir dan mendekati Ramadhan 1446 H.
Menjelang bulan suci tiba, umat Islam sebaiknya mulai melakukan amalan-amalan yang tak biasa dikerjakan. Hal ini dilakukan sebagai bentuk pembiasaan diri agar saat Ramadhan nanti bisa lebih maksimal ibadahnya.
Pertanyaannya, apakah boleh salah satu amalan yang dilakukannya adalah puasa? Sebagaimana diketahui, amalan wajib yang dikerjakan saat Ramadhan adalah puasa sebulan penuh.
Ulama kharismatik Ustadz Abdul Somad (UAS) mengungkapkan bahwa melakukan puasa setelah Nisfu Sya’ban atau memasuki separuh kedua Sya’ban tidak diperkenankan. Dasarnya adalah hadis tentang larangan puasa setelah Nisfu Sya’ban yang diungkap UAS.
“Puasa setelah Nisfu Sya’ban hadisnya jelas dari Abu Hurairah RA. Disebutkan dalam riwayat Abu Dawud kalau sudah lewat Nisfu Sya’ban jangan lagi kalian puasa,” kata UAS dikutip dari YouTube Kajian Islam, Jumat (14/2/2025).
Pertanyaan kemudian, bagaimana jika ada muslim yang belum selesai qadha puasa Ramadhan? Apakah boleh puasa setelah Nisfu Sya’ban meski ada larangan? Simak penjelasan UAS selengkapnya.
Advertisement
