Liputan6.com, New York- Maraknya penjualan rokok elektrik (e-cigarette) ditambah munculnya persepsi lebih aman dibanding rokok biasa membuat jumlah penggunanya meroket, termasuk di kalangan usia remaja. Sayangnya, remaja yang menggunakan rokok elektrik cenderung menjadi perokok tembakau.
Hal di atas diungkapkan dalam sebuah studi yang melibatkan 2.100 siswa Sekolah Menengah Atas di California, Amerika Serikat. Sekitar seperempat diantaranya pernah menjajal rokok yang dihisap uapnya ini.
Sekitar 10 persen diantaranya menjadi pengguna tetap rokok elektronik. Kemudian satu dari tiga pengguna rokok elektrik juga perokok tembakau seperti dilansir laman Health, Rabu (29/7/2015).
Advertisement
Peneliti sebutkan rokok elektrik tidak membuktikan sebagai awal pengguna rokok tembakau. "Namun penggunaan rokok elektrik mendorong budaya mengonsumsi tembakau pada anak-anak," terang pemimpin studi dari University of Southern California, Amerika Serikat, Jessica Barrington.
Dalam penelitian ini juga diketahui bahwa sebagian besar remaja pengguna rokok elektrik memiliki teman maupun anggota keluarga yang juga menggunakan rokok jenis ini. Lalu, setengah remaja perokok elektrik percaya ini jenis rokok aman.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) meminta kepada negara-negara di seluruh dunia untuk melarang penjualan rokok elektronik terutama kepada anak-anak, ibu hamil dan wanita usia produktif. Meskipun penelitian akan rokok elektronik masih kurang, ancaman serius terhadap kesehatan ada.