Melucu Bisa Membantu Perkembangan Anak

Studi menunjukkan betapa penting bermain bagi perkembangan anak.

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani diperbarui 04 Agu 2015, 21:00 WIB
Diterbitkan 04 Agu 2015, 21:00 WIB
Lucunya Obama Saat Bermain dengan Balita
Dibalik wajahnya yang serius mengurusi negara, ternyata Presiden Amerika Barrack Obama lebih ekspresif saat bermain dengan anak

Liputan6.com, Jakarta Sebuah studi yang dilakukan di University of Sheffield di Inggris menunjukkan, anak usia 16 bulan belajar life skill yang sangat penting bagi kehidupannya kelak, seperti melempar lelucon dan bermain peran sebagai orangtua. 

"Studi menunjukkan betapa penting bermain bagi perkembangan anak. Orangtua yang berpura-pura dan bercanda dengan anak mereka bisa memberi pegetahuan untuk membedakan diri mereka dan anak bisa mendapat keuntungan dari hal ini," kata salah seorang peneliti, Elena Hoicka. 

"Mengetahui cara melucu adalah baik untuk menjaga hubungan, berpikir outside the box, dan menikmati hidup. Berpura-pura dapat membantu anak untuk melatih skil baru mereka dan mempelajari informasi baru," ujarnya. "Jadi ketika orangtua merasa sedikit sinting dengan menaruh boneka ayam di kepala, setidaknya mereka bisa menghibur diri bahwa itu dilakukan untuk membantu anak mereka mengembangkan skil untuk hidup," jelas Hoicka. 

Para peneliti membuat dua studi, pertama melibatkan orangtua yang diminta untuk bercanda berpura-pura dengan anak mereka yang berusia 16 - 20 bulan menggunakan gerakan. Candaan termasuk meletakkan makanan di kepala dan tindakan berpura-pura seperti mencuci tangan tanpa air dan sabun. 

Penelitian kedua, orangtua dari balita 20 - 24 bulan diminta bercanda dan berpura-pura bicara dengan anak mereka. Bermain pura-pura di sini termasuk mengatakan pada anak mereka bahwa sebuah balok kayu adalah kuda dan candaan seperti keliru menyebut boneka ayam sebagai topi, dilansir dari laman Medindia, Selasa (4/8/2015).

Para peneliti menemukan bahwa orangtua bisa menawarkan petunjuk eksplisit yang membantu membedakan antara candaan dan konteks berpura-pura pada anak, meski usia mereka baru 16 bulan. Penelitian ini dipublikasikan dalam Jurnal Cognitive Science.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya