Mentawai Darurat Fasilitas Kesehatan

Kurangnya fasilitas kesehatan di Kabupaten Kepulauan Mentawai membuat angka keselamatan pasien berada di level yang membahayakan.

oleh Liputan6 diperbarui 12 Nov 2015, 15:00 WIB
Diterbitkan 12 Nov 2015, 15:00 WIB
Foto udara pascatsunami yang menghantam Mentawai, di Dusun Muntei Barubaru, Mentawai, Rabu (27/10). Lebih dari 15 dusun di pulau itu hancur terkena gelombang tsunami pada 25 Oktober silam.(Antara)

Liputan6.com, Padang- Kurangnya fasilitas kesehatan di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar), membuat angka keselamatan pasien berada di level yang membahayakan. Jarak antar pulau, membuat pasien yang akan dirujuk terpaksa menunggu kapal yang hanya punya jadwal dua kali dalam seminggu.

"Itupun, kalau tidak ada badai, kalau badai terpaksa harus menunggu kapal selanjutnya," ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Mentawai, Lahmuddin pada Health-liputan6.com Rabu (11/11/2015) malam.

Lahmuddin menerangkan, Mentawai hanya memiliki satu unit RSUD yang berada di ibukota Kabupaten. RSUD Mentawai ini terletak di Pulau Sipora Utara, tepatnya di Jalan Raya Tua Pejat KM 9. Sedangkan jarak antar pulau bisa memakan waktu tempuh hingga 14 jam lebih dengan memakai kapal reguler.

"Misalnya ada yang sakit parah dan harus dirujuk, maka ia (pasien) harus menunggu kapal ke Padang, dengan waktu perjalanan hingga 14 jam lebih, jika badai, terpaksa menunggu minggu depannya," lanjut Lahmuddin.

Pulau yang dimaksud ialah pulau Pagai Utara dan Pagai Selatan. Jarak tempuh antara pulau Pagai Utara dan Selatan ke Ibukota Kabupaten tempat satu-satunya rumah sakit yang ada. Memiliki jarak yang sama dengan ibukota Provinsi (Padang). Sehingga jika ada yang sakit parah, pasien terpaksa diobati sambil menunggu jadwal kapal. Jika tidak, pasien harus direlakan.

"Kalau ada masyarakat yang sakit di Pagai (Pulau Pagai Utara dan Pagai Selatan), pada hari Kamis, dan harus dirujuk, maka ia (pasien) harus menunggu hingga hari Minggu, itupun jika tidak badai. Jika badai, ia harus menunggu seminggu lagi atau tak tertolong (meninggal dunia)," kisah salah seorang relawan kesehatan, Triadi pada Health-liputan6.com, Rabu (11/11/2015) malam.

Jika pasien memiliki uang lebih, ia bisa menyewa boat cepat dengan sewa hingga belasan juta rupiah. Itupun harus mengambil resiko yang tinggi jika badai.

Sementara itu, menurut Kepala Dinas Kesehatan, Lahmuddin. Pihaknya sudah berkali-kali mengusulkan agar dibangun Rumah Sakit pembantu. Namun hingga kini tidak ada kabar dari pemerintahan Provinsi ataupun Pusat.

"Sudah sering rencana dan anggarannya, bahkan sudah dibicarakan dengan menteri kesehatan, katanya tahun ini dananya di alokasikan. Namun hingga akhir tahun ini, kami belum dapat kabar," tukas Lahmuddin. (Muslim)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya