Tiap 5 Menit, Anak-anak Meninggal karena Kebal Bakteri

Di kawasan Asia Tenggara, setiap 5 menit seorang anak meninggal dunia karena resistensi bakteri berbahaya.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 16 Nov 2015, 19:00 WIB
Diterbitkan 16 Nov 2015, 19:00 WIB
WHO Canangkan Pekan Peduli Antibiotik Sedunia
Badan Kesehatan Dunia (WHO) untuk pertama kalinya mencanangkan pekan peduli antibiotik Sedunia pada 16-22 November 2015.

Liputan6.com, Jakarta Setiap 5 menit, seorang anak meninggal dunia karena resistensi bakteri berbahaya di kawasan Asia Tenggara. Obat yang tadinya efektif mengobati penyakit mematikan seperti tuberculosis, HIV, malaria dan sebagainya, semakin kehilangan keampuhannya.

Begitu disampaikan Direktur Regional WHO Kawasan Asia Tenggara, Dr. Poonam Khetrapal Singh, melalui siaran pers yang diterima Liputan6.com, Senin (16/11/2015).

"Penyalahgunaan dan penggunaan antibiotik berlebihan menyebabkan resistensi atau kekebalan, yang kini menjadi ancaman besar kesehatan masyarakat," katanya.

Menurut Poonam, antibiotik kerap diresepkan dengan pilihan obat dan dosis yang tidak tepat. Selain itu, banyak orang yang tidak menghabiskan obat sesuai resep atau terlalu lama mengkonsumsinya.

"Kurangnya regulasi dan standar bagi petugas kesehatan, penggunaan yang tak tepat dan berlebihan pada hewan ternak dan tanaman pertanian juga menjadi faktor panyumbang tingginya resistensi antibiotika," katanya.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) hingga kini berupaya keras melakukan advokasi agar berbagai pihak berperan melakukan gerakan untuk menghambat kecepatan laju resistensi terhadap antibiotik. Negara-negara WHO di kawasan Asia Tenggara pada 2011 telah menandatangani Deklarasi Jaipur serta sepakat untuk menghadang resistensi antibiotika menjadi prioritas nasional.

 

Pekan Peduli Antibiotik Sedunia yang pertama kali hadir selama 16-22 November ini bertujuan meningkatkan kepedulian masyarakat dan mempromosikan hal-hal baik yang sebenarnya telah dilakukan masyarakat, tenaga kesehatan, serta pembuat kebijakan untuk penggunaan antibiotik yang tepat. Selain itu, program ini dilakukan untuk mencegah keparahan dan penyebaran resistensi terhadap antibiotik.

"Perlu diingat, antibiotik telah menyelamatkan jutaan nyawa dari infeksi bakteri, dan dapat menjadi sumber daya berharga untuk anak cucu kita nanti. Mari kita bekerja sama menghentikan resistensi terhadap antibiotik," ucap Poonam.**

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya