Liputan6.com, Wilmington - Begitu banyak informasi yang beredar tentang penyakit menular seksual (PMS), atau dikenal dalam bahasa Inggrisnya sebagai sexually transmitted disease (STD). Tentu saja, tidak semua informasi yang beredar itu dapat dipertanggungjawabkan.
Dalam perkembangannya, remaja mulai penasaran dengan hal-hal yang berbau seksual, tapi lebih banyak mengandalkan informasi dari teman sebaya yang sebetulnya sama-sama sedang mencari. Dikutip dari Kid’s Health pada Rabu (13/01/2016), berikut ini adalah 5 mitos yang seringkali menyesatkan kaum remaja:
Baca Juga
1. Mitos: hanya orang ‘jorok’ yang terkena PMS
Advertisement
Fakta: PMS tidak membeda-bedakan. Orang kaya tertular PMS, orang miskin tertular PMS. Atlet pun terkena. Pencinta matematika juga. Demikian juga dengan CEO dan profesor. Bahkan orang yang pertama kalinya berhubungan seks juga bisa terkena PMS.
Baca Juga
Apa yang bisa dilakukan? Jika memutuskan untuk melakukan hubungan seks, selalu gunakan kondom. Bahkan jika pelakunya sudah menggunakan pengendali kehamilan lainnya semisal pil KB. Alasannya, kondomlah satu-satunya jenis alat KB yang menurunkan risiko terkena PMS.
2. Mitos: kalau pasangan terkena PMS, kita bisa melihatnya
Fakta: Kadang-kadang tidak ada tandanya seseorang tertular PMS. Bahkan dokterpun tidak dapat mengatakan seseorang memiliki PMS hanya dengan melihat, sehingga mereka melakukan pengujian semisal pemeriksaan darah.
Bukan hanya itu, orang yang terkena PMS pun bisa tak sadar memiliki PMS, karena PMS memang tidak selalu menunjukkan gejala. Tapi tetap mungkin membawa dan menyebarkan virus penyakti tanpa adanya wabah. PMS yang tidak ditangani dapat menjadi masalah kesehatan yang serius, misalnya kemandulan, atau penyakit radang pelvik (pelvic inflammatory disease, PID) yang memerlukan rawat inap di rumah sakit.
Apa yang bisa dilakukan? Bahkan jika seseorang dan pasangannya menyangka bebas PMS, periksakan diri sebelum melakukan seks. Lalu, gunakan kondom setiap kali melakukan hubungan seks, hanya untuk memastikan. Ingat, PMS bisa saja baru menunjukkan gejala setelah jangka waktu yang cukup lama.
3. Mitos: seseorang bisa terhindar dari PMS dengan melakukan hubungan seksual secara oral (melalui mulut) ataupun anal (melalui liang dubur)
Fakta: Kapanpun ada hubungan seks—baik oral, anal, maupun vaginal, ataupun sekedar sentuhan seksual—selalu ada kemungkinan PMS.
Virus ataupun bakteri penyebab PMS dapat memasuki tubuh melalui luka ataupun robek kecil di dalam mulut ataupun dubur, dan juga di alat kelamin. Beberapa jenis PMS, seperti herpes ataupun kutil kelamin, dapat menyebar melalui sentuhan kulit-ke-kulit pada bagian yang terinfeksi ataupun ruam.
Apa yang bisa dilakukan? Gunakan kondom ataupun tapis gigi (dental dam) setiap kali melakukan hubungan seks secara oral maupun anal. Jika rasa karet dirasa tidak menyenangkan, ada sejumlah kondom aneka rasa yang dirancang khusus untuk hubungan seksual secara oral.
4. Mitos: kalau pernah terkena PMS, tidak mungkin terkena lagi
Fakta: beberapa jenis PMS bertahan seumur hidup seseorang, misalnya herpes dan HIV. Jenis lainnya, misalnya chlamydia dan gonorrhea, dapat disembuhkan, tapi orang bisa tertular lagi kalau melakukan hubungan seksual dengan seseorang yang memilikinya.
Apa yang bisa dilakukan? Tentu saja, lindungi diri dengan kondom. Dan jika melakukan seks, beritahukan kepada dokter sehingga bisa diperiksa secara teratur. Jika seseorang mendapatkan diagnosa PMS, pasangan juga harus dirawat pada waktu bersamaan. Dengan demikian, pasangan dapat menghindari masalah di kemudian hari dan tidak menginfeksi ulang pasangannya.
5. Mitos: Jika diperiksa dokter dan dinyatakan bebas PMS, pasangan tidak perlu ikut diperiksa
Fakta: Pasangan bisa saja tertular PMS dan tidak mengetahuinya. Lagipula siapa yang sudi bersusah payah memeriksakan diri, lega terbebas dari PMS, tapi kemudian malah ketularan oleh pasangan sendiri?
Apa yang bisa dilakukan? Periksalah bersama-sama. Mungkin memang bukan menjadi kencan yang paling romantis ketika diperiksa bersama, tapi ini menjadi tanda kepedulian dan berusaha melindungi pasangan dari penyakit.
Ada begitu banyak mitos beredar tentang seks dan PMS, tapi ingatlah beberapa kiat yang penting: berpantang seks. Ketika melakukan seks, gunakan kondom setiap saat. Kalau pernah melakukan hubungan seks, periksakan diri terkait PMS.