2 Juta Anak Indonesia Setiap Tahun Meninggal karena Diare

Kementerian Kesehatan mencatat, setidaknya dua juta anak meninggal setiap tahun karena diare.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 23 Mar 2016, 17:30 WIB
Diterbitkan 23 Mar 2016, 17:30 WIB
diare pada anak
Kementerian Kesehatan mencatat, setidaknya dua juta anak meninggal setiap tahun karena diare.

Liputan6.com, Jakarta Meski cenderung mudah disembuhkan, penyakit diare pada anak ternyata masih menjadi tantangan pembangunan kesehatan di Indonesia. Kementerian Kesehatan mencatat setidaknya dua juta anak meninggal setiap tahun karena diare.

Direktur Penanggulangan dan Pemberantasan Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kementerian Kesehatan (Kemkes), dr Wiendra Waworuntu, mengatakan diare masih menjadi penyebab kematian nomor satu pada bayi dan balita berdasarkan Riskesdas 2007. Walaupun sempat terjadi penurunan pada 2013, estimasi kematian akibat diare masih menempati ancaman bagi anak.

"Diare menempati posisi ketiga penyebab kematian anak dari total penyakit infeksi setelah tuberkulosis dan hati. Diare akan menyebabkan dehidrasi, absorpsi, dan imunitas menurun," katanya saat Puncak Peringatan Hari Gizi Nasional di Jakarta, ditulis Rabu (23/3/2016).

Kendati demikian, menurut Wiendra, diare dapat disembuhkan dengan oralit dan zinc. Oralit untuk mengatasi dehidrasi, sementara zinc akan menurunkan absorpsi karena merupakan zat gizi mikro penting untuk kesehatan dan pertumbuhan anak. Beberapa penelitian menemukan zinc dapat memproteksi diare dan menurunkan risiko kekambuhan hingga 20 persen. Jadi semua anak yang mengalami diare dianjurkan tetap mengonsumsi zinc selama 10 hari.

Sayangnya, berdasarkan data dari Riskesdas Litbangkes 2013, penggunaan kedua obat ini masih sangat rendah. Orang tua lebih suka memberikan antibiotik kepada anaknya ketika diare dibanding oralit.

"Antibiotik tidak memberikan manfaat menghentikan diare. Cukup hanya dengan oralit dan zinc, maka angka 2 juta yang meninggal tidak keluar," ujarnya.

Saat ini, kata dia, oralit terbaru yang diberikan oleh petugas kesehatan termasuk rendah osmolaritas dengan kandungan natrium 75 mg, osmolaritas 245 mmol/L ,sehingga mengurangi kuantitas tinja. Sedangkan zinc diberikan untuk mengembalikan zat gizi anak.

"Larutkan tablet zinc dengan beberapa tetes air matang atau ASI dalam sendok teh. Apabila anak muntah, berikan kembali tablet zinc dengan memotong tablet menjadi kecil. Jangan dicampur oralit. Bila anak menderita dehidrasi sedang, ulangi pengobatan untuk 3 jam berikutnya dengan larutan oralit dan mulai beri anak makanan, susu atau jus dan berikan ASI sesering mungkin. Jika dehidrasi berat, dapat diberikan infus," pungkasnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya