Liputan6.com, Jakarta Nikotin membutuhkan Anda, sama seperti Anda membutuhkannya. Ini adalah satu hal penting yang harus ditanamkan di pikiran setiap perokok di muka bumi ini.
Dopamin atau neurotransmitter pembawa perasaan senang dalam tubuh yang dirasakan setiap kali seorang perokok menghisap rokoknya hanya terjadi atau dilepaskan dalam otak ketika orang tersebut mempercayainya.
Baca Juga
Intinya, rasa senang atau puas saat menghisap dan menghembuskan asap rokok itu terbuat dari pikiran semata dan diatur secara independen oleh otak mereka.
Advertisement
Melansir Popsci, Rabu (5/10/2016), sebuah studi terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal Frontiers in Psychiatry, menemukan bahwa hanya perokok yang berpikir bahwa rokoknya yang mengandung nikotinlah yang akan merasa dirinya mendapatkan kepuasan saat menghisapnya.
Saat seorang perokok diberitahu bahwa rokok yang mereka hisap tidak mengandung nikotin, umumnya mereka tidak akan merasa puas seperti yang mereka pikir akan rasakan jika diberitahu sebaliknya.
Dalam studi tersebut, para peneliti menguji 24 perokok aktif tergolong akut dengan menganalisa aktivitas otak mereka di mesin Fungsional MRI (fMRI), seusai merokok. Setiap peneliti mengunjungi para perokok sebanyak empat kali di waktu yang terpisah, namun mereka hanya memberikan rokok yang asli dengan nikotin di dalamnya dua kali.
Pertama, mereka diberitahu bahwa rokok tersebut mengandung nikotin dan rokok yang lain tidak mengandung zat tersebut. Saat diberitahu bahwa rokok yang mereka tengah isap mengandung nikotin, para peneliti mendeteksi adanya reaksi di dalam otak mereka.
Scan fMRI menunjukkan peningkatan aktivitas di dalam insula, yaitu salah satu daerah utama di bagian dalam otak yang mengontrol keinginan akan zat adiktif.
Hal tersebut membuktikan bahwa rokok hanya memuaskan kecanduan mereka ketika mereka tahu ada nikotin di dalamnya.
Perokok biasanya mendapatkan serbuan dopamin ketika nikotin masuk ke tubuhnya. Itulah sebabnya mengapa mereka merasa lebih baik ketika akhirnya mendapatkan rokok yang sudah diinginkannya.
Terlebih, ini pula sebabnya nikotin sangat adiktif, setiap perokok mendambakannya, secara fisik dan psikologis.
Jika tindakan sederhana seperti misalnya tidak mempercayai nikotin dapat menetralkan efeknya dilakukan secara konsisten, maka mungkin mengurangi ketergantungan pada rokok bisa menjadi lebih mudah tanpa harus mengandalkan obat atau tindakan medis lainnya.