Hati-Hati, Berat Badan Turun Drastis Bisa Jadi Pertanda Diabetes

Bahagia lantaran berat badan turun banyak, mantan penderita obesitas ini justru terbukti mengidap diabetes.

oleh Adanti Pradita diperbarui 20 Okt 2016, 15:00 WIB
Diterbitkan 20 Okt 2016, 15:00 WIB
Diabetes
Bahagia lantaran berat badan turun banyak, mantan penderita obesitas ini justru terbukti mengidap penyakit diabetes.

Liputan6.com, Jakarta Semua orang harus memahami fakta bahwa penyakit diabetes tidak hanya menyerang mereka yang kelebihan berat badan saja, tetapi juga orang bertubuh kurus yang suka mengonsumsi makanan manis.

Patut juga diketahui bahwa menurunnya berat badan secara drastis, khususnya pada penderita obesitas, bisa diartikan dua hal, yaitu diet berjalan lancar dan tubuh perlahan pulih dari kondisi kegemukan, atau orang tersebut justru malah mengidap penyakit diabetes tanpa mengetahuinya sama sekali.

Ini adalah kasus yang dialami seorang pria bernama Matt Barney. Ia divonis obesitas dan disarankan untuk melakukan diet oleh dokter yang ditemuinya secara rutin di Mount Sinai Hospital, Ronald Tamler.

“Ia memang berhasil menurunkan badannya sekitar kurang lebih 9 kilogram setelah disarankan untuk diet. Namun, ia banyak melontarkan keluhan seperti keseringan buang air kecil, merasa demam dan kerap merasa haus tidak terkontrol,” kata Ronald, mengutip laman Everyday Health, Kamis (20/10/2016).

Barney pun memutuskan untuk buka suara soal hal-hal tidak menyenangkan yang dia lewati sejak berat badannya turun drastis dalam waktu yang cukup singkat.

“Saya selalu merasa lelah, suhu badan terasa tidak stabil, berkonsentrasi akan suatu hal menjadi sangat sulit, sering pusing, wajah saya terlihat pucat seperti orang sakit,” ungkapnya.

Barney awalnya mengira bahwa gejala-gejala tersebut mengarah pada kesuksesan dietnya. Jadi dia sempat membiarkan dirinya disiksa oleh kondisi-kondisi itu lantaran berpikir sudah berhasil menaklukkan obesitasnya.

Alasan berujung idap penyakit diabetes

Seorang ahli bedah saraf terkemuka di Amerika Serikat yang juga merupakan salah satu kolega Ronald, Sanjay Gupta, menerangkan bahwa yang terjadi dengan Barney adalah tubuhnya berhenti memproduksi insulin.

“Tanpa insulin, sel-sel dalam tubuhnya kesulitan memproses glukosa dari makanan yang dikonsumsinya menjadi energi. Kadar insulin yang minim dalam tubuh membuat glukosa tetap ada dalam aliran darah. Pasalnya penumpukan glukosa memicu kerusakan pada arteri, indera penglihatan, ginjal, bahkan saraf,” jelasnya.

Berdasarkan analisis Gupta, meskipun Barney sudah makan, tubuhnya masih merasa kelaparan. Alhasil, ia membakar cadangan lemaknya yang merupakan satu-satunya sumber energi untuk tubuhnya secara menyeluruh.

Selain itu, ia juga berpendapat bahwa cara diet Barney salah karena tetap mengonsumsi makanan manis meski jumlahnya lebih sedikit. Makan tidak teratur, enggan berolahraga, porsi makanan terlalu sedikit dan tidak ada sayur atau buahnya, semua hal ini berkontribusi besar sebagai pemicu terjangkitnya penyakit diabetes.

“Diet bukan berarti berhenti makan atau makan dalam jumlah sedikit, tapi yang tidak sehat. Ketika semuanya tidak seimbang maka konsekuensinya semakin besar dan kondisi badan dipastikan kian memburuk daripada membaik,” tutupnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya