Merokok Redakan Stres, Benarkah?

Merokok saat sedang merasa tertekan atau stres, sebenarnya justru akan membuat Anda merasa semakin stres.

oleh Tassa Marita Fitradayanti diperbarui 09 Jul 2018, 11:30 WIB
Diterbitkan 09 Jul 2018, 11:30 WIB
Berhenti Merokok
Ilustrasi Foto Stop atau Berhenti Merokok (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Banyak perokok yang cenderung akan merokok lebih banyak, ketika mereka sedang merasa stres atau tertekan. Namun sebenarnya, aktivitas ini justru dapat membuat Anda semakin merasa stres.

Ketika Anda merokok, nikotin memasuki aliran darah dan mengalir ke otak Anda, di mana otak akan melepaskan beberapa neurotransmitter, termasuk dopamin. Perasaan positif yang Anda alami ketika dopamin dilepaskan biasanya hanya terasa singkat. Setelah tingkat dopamin menurun, Anda akan merasa lebih buruk daripada sebelum merokok.

Akibatnya, merokok pada akhirnya akan menyebabkan stres yang lebih meningkat, sehingga dapat mengganggu sistem pernapasan dan dapat berkontribusi mengakibatkan penyakit serius, seperti meningkatkan tekanan darah, detak jantung, otot menegang, pembuluh darah mengerut, serta penurunan oksigen di otak dan tubuh.

The National Heart, Lung, and Blood Institute melaporkan bahwa nikotin merusak pembuluh darah, sehingga menyebabkan kulit mengerut dan tak segar. Selain itu, nikotin juga membuat fungsi paru-paru memburuk, karena menyebabkan oksigen dalam tubuh berkurang.

Nikotin juga dapat meningkatkan pertumbuhan tumor paru-paru dan payudara. Jadi, semakin banyak rokok yang Anda hisap, semakin besar dan berbahaya pula efek yang akan Anda alami.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya