Liputan6.com, Jakarta Vaginoplasty sering dikenal sebagai upaya untuk mengencangkan dan menguatkan jaringan-jaringan otot vagina. Lebih tepatnya dikenal sebagai peremajaan vagina. Namun operasi untuk membedah bagian kewanitaan sering kali bertujuan untuk mempercantik daerah kewanitaan semata, padahal, vaginoplasty ternyata juga mempunyai kegunaan untuk tujuan medis.
Kapan tepatnya harus melakukan vaginoplasty? Berikut ini merupakan kondisi-kondisi yang tepat untuk melakukan operasi vaginoplasty, melansir The Female Surgary, Senin (20/2/2017)
Baca Juga
1. Agenisis
Advertisement
Agenisis lebih dikenal sebagai kegagalan pembentukan organ tubuh tertentu. Dalam hal ini kaitanya, agnesis terjadi ketika organ kewanitaan tidak dapat berkembang dengan sempurna. Disebabkan karena gagalnya perkembangan otot saluran vagina yang menuju ke rahim.
2. Vaginal Aplasia
Lebih dikenal sebagai sindrom Mayer-Rokitansky-Kuster-Hauser (MRKH) merupakan kelainan sejak lahir. Kelainan ini menyebabkan tidak terbentuknya organ reproduksi wanita. Hal tersebut ditandai dengan tidak adanya pertumbuhan seks sekunder yang biasa dialami oleh remaja.
3. Mullerian Agnesis
Hampir mirip dengan kelainan agenisis dan Vaginal Aplasia. Mullerian Agnesis yang sering disingkat sebagai MA, ditandai dengan ketidakmampuan saluran muller (mullerian duct) untuk berkembang secara baik. Akibatnya, rahim dan bagian vagina atas mengalami kelainan bentuk.
4. Congenital Adrenal Hyperplasia
Meupakan penyakit bawaan yang disebabkan kelainan dalam kromosom dan gen sehingga terjadi perubahan dalam produksi hormon. Hasilnya dapat mengubah perkembangan karekteristik seksual perempuan ke arah alat kelamin laki-laki.
5. Androgen Insensitivity Syndrome
Kondisi dimana seseorang mengalami gangguan perkembangn seksual dengan sindrom yang secara genetik adalah laki-laki namun mengalami ketidakmampuan untuk merespon hormon laki-laki (androgen) sehingga memiliki karakteristik seksual perempuan.
Kelainan di atas merupakan kondisi yang memerlukan operasi atau bedah vagina. Tujuan vaginoplasty ternyata dapat membantu orang-orang dengan kondisi tersebut untuk hidup selayaknya seperti wanita normal. Agar dapat buang air kecil, mengalami menstruasi bahkan melakukan hubungan seks.
Vaginoplasty juga bisa dilakukan kepada orang-orang yang memiliki trauma dan bahkan luka di bagian vagina akibat kecelakaan. (Aida Tifani)