Liputan6.com, Jakarta Menurut Anda, apakah uang bisa membeli kebahagiaan? Jika setuju dengan prinsip ini, coba pahami dulu perspektif Anda terhadap makna kebahagiaan dan uang.
Psikolog, Ayoe Sutomo, mengatakan setiap individu harus bisa membedakan arti kebahagiaan dan kesenangan, sebelum memutuskan jika uang dapat memberikan kebahagiaan.
"Ada perbedaan antara kebahagiaan dan kesenangan. Kebahagiaan itu lebih mendalam, tapi kesenangan hanya bersifat sementara. Misalnya, orang ikut bakti sosial di jalan panas-panasan, dia capek, tapi dia bahagia melakukan hal itu," ujar Ayoe saat dihubungi Health-Liputan6.com, Rabu (5/7/2017).
Advertisement
Dalam teori kebahagiaan, Ayoe menjelaskan, uang merupakan salah satu penentu kebahagiaan, tapi ia menegaskan bukan dari jumlah atau berapa banyak uang yang dimiliki. Namun, bagaimana seseorang memandang makna uang.
Menurut Ayoe, kebahagiaan merupakan hal yang sangat subjektif. Tidak bisa dipukul rata karena setiap orang memiliki latar belakang yang berbeda, bergantung dengan kebudayaan, pendidikan, jenis kelamin, status dan banyak hal lainnya.
"Status seperti orang yang sudah menikah dan belum menikah itu punya kebahagiaan yang berbeda. Mereka yang sudah berkeluarga akan merasa bahagia kalau ngumpul sama keluarganya, tapi buat yang masih lajang dia ngerasa bahagia kalau jalan-jalan atau nonton konser. Jadi tidak bisa dipukul rata," katanya.
Ayoe menuturkan, dalam studi terbaru, orang yang memiliki kecerdasan spiritual yang lebih tinggi mampu meraih kebahagiaan.Â
"Orang yang memiliki kecerdasan spiritual punya kecenderungan lebih mudah meraih kebahagiaan, karena mereka mampu memaknai semua hal yang terjadi dalam dirinya dengan positif," Ayoe menuntaskan.
Â
Â
Â
Â