Liputan6.com, Jakarta Dokter Pejuang Kemerdekaan edisi Selasa (8/8/2017) kali ini akan membahas seorang dokter pejuang keturunan Tionghoa. Melanjutkan kisah dr. Abdulrachman Saleh dalam rangkaian profil dokter-dokter pahlawan yang dipersembahkan tim Health-Liputan6.com untuk merayakan bulan Kemerdekaan Indonesia di Agustus ini.
Dr. Oen Boen Ing merupakan salah satu dokter yang ikut berjuang membantu mengobati prajurit di era perjuangan kemerdekaan.
Advertisement
Baca Juga
Dilansir dari laman Dr Oenska, Senin (7/8/2017), Dr. Oen Boen Ing merupakan cucu seorang sinshe Tionghoa yang juga pedagang tembakau yang kaya raya.
Advertisement
Semasa hidupnya, kakek Dr. Oen banyak menolong orang, begitupun yang dilakukan oleh Dr. Oen. Dokter ini seringkali membantu pasiennya yang tidak mampu membayar biaya dan obat-obatan.
Pada 29 Januari 1933, delapan pemuda asal Tionghoa mendirikan klinik bernama Tsi Sheng Yuan. Pada tahun 1935, Dr. Oen mulai praktik di klinik tersebut yang kemudian berubah nama menjadi Rumah Sakit Panti Kosala.
Sampai tahun 1942, klinik ini banyak membantu Chineesche Burger Organisatie (CBO) dan semasa pendudukan Jepang dikelola oleh Kakyo Sokai (Gabungan Organisasi-organisasi Tionghoa). Ketika perang kemerdekaan datang, poliklinik berubah fungsi menjadi rumah sakit darurat, menampung para pejuang dan pengungsi.
Menurut kesaksian Soelarso, Ketua Paguyuban Rumpun Eks Tentara Pelajar Detasemen II Brigade XVII, tanpa menghiraukan tembakan Belanda, Dr Oen keluar masuk wilayah TNI untuk mengobati para prajurit.
Karena jasa-jasanya dan pengabdiannya yang tanpa pamrih kepada masyarakat, Dr. Oen Boen Ing mendapatkan penghargaan Satya Lencana Bhakti Sosial dari pemerintah Republik Indonesia pada 30 Oktober 1979. Ia juga dianugerahi gelar kebangsawanan oleh Sri Mangkunegoro VIII, dengan nama Kanjeng Raden Toemenggoeng Oen Boen Ing Darmohoesodo.
Pada 24 Januari 1993 Sri Mangkunegoro IX menaikkan gelarnya dari Kanjeng Raden Toemenggoeng menjadi Kanjeng Raden Mas Toemenggoeng Hario Oen Boen Ing Darmohoesodo.