Liputan6.com, Jakarta Walau beberapa pria sepertinya bisa menjalani hubungan monogami bebas masalah, sebagian yang lain merasa tidak siap untuk setia hanya pada satu wanita. Hal ini mendorong para peneliti untuk mencari tahu, apakah ada landasan ilmiah untuk kemampuan monogami seseorang.
Sebuah studi baru dalam jurnal Archives of Sexual Behavior memberikan bukti tambahan, beberapa pria memang bisa lebih sukses menjalani hubungan monogami dibanding yang lain. Ketika para peneliti memindai otak pria yang monogami dan yang tidak, mereka menemukan kunci perbedaan tentang bagaimana otak pria-pria ini bekerja.
Baca Juga
Para peneliti merekrut 10 pria, yang selalu menjalani hubungan monogami. Lalu, mereka merekrut juga 10 pria lain yang menjalani hubungan dengan beberapa wanita sekaligus. Melansir Men's Health, Rabu (27/9/2017).
Advertisement
Para pria ini lalu ditunjukkan foto-foto yang eksplisit secara seksual, foto-foto romantis, atau foto-foto yang netral, seperti misalnya pemandangan atau lanskap.
Otak para pria di kedua grup berperilaku sama ketika melihat foto seksi dan foto netral. Tapi ketika melihat foto-foto yang romantis--misalnya pasangan berpelukan atau bergandengan tangan--ada perbedaan yang mencolok.
Pria-pria yang monogami otaknya memperlihatkan aktivitas yang aktif, pada bagian otak mereka yang berhubungan dengan imbalan, dibanding para pria non-monogami. Para peneliti percaya, foto-foto romantis, lebih memberikan kepuasan bagi para pria yang mogamis tadi, dibandingkan yang tidak.
Namun, bukan berarti hasil penelitian ini memberikan landasan biologis untuk monogami. Para peneliti mengatakan, hal ini hasil dari perilaku yang telah terlatih. Artinya, pria yang monogamis sudah pernah memiliki pengalaman menjalani hubungan romantis yang membahagiakan di dalam hubungan mereka, dibanding kelompok pria satunya.
Pengalaman ini membuat para pria tadi menghubungkan foto-foto romantis dengan perasaan puas. Yang artinya, mereka lebih mungkin untuk mengejar hubungan romantis.
Perlu juga diingat, studi ini bisa jadi tidak berlaku untuk pria saja. Walau memang studi ini menguji otak pria, riset lain menemukan, berlawanan dengan kepercayaan yang ada, wanita juga tidak dirancang untuk menjalani hubungan monogami.
Bahkan, sebuah studi baru mengindikasikan, wanita lebih mungkin merasa bosan dengan seks yang mereka dapatkan dari hubungan jangka panjang.
Sama dengan kebanyakan studi lainnya, para peneliti belum bisa memastikan, apakah kecenderungan monogami ini bersifat alamiah, atau berdasarkan pola didikan dan kebiasaan.