Liputan6.com, Jakarta Kabupaten Agats, Asmat, masih mengalami KLB (Kejadian Luar Biasa) campak dan gizi buruk. Kejadian ini merupakan kali kedua bagi kabupaten yang terkenal dengan daerah terapung di Papua ini. Penyakit mematikan yang disebabkan infeksi virus ini telah menelan banyak korban jiwa.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Asmat, dr Steven Langi, mengonfirmasi terjadi kenaikan jumlah korban jiwa akibat penyakit campak, yaitu yang semula 58 menjadi 63 jiwa. Dia mengungkapkan, jumlah tersebut merupakan jumlah kumulatif penanganan sejak September 2017.
Baca Juga
"Jadi ini bukan jumlah mati serentak, seperti yang diberitakan," ujar Steven, saat diwawancarai Health-Liputan6.com, Selasa (16/1/2018).
Advertisement
Steven mengakui lebih banyak kendala yang terjadi dalam penanganan di Kabupaten Agats, Asmat. Salah satunya, kurangnya tenaga medis di setiap distrik. Dia mengatakan, dulu tenaga medis yang tersedia 200 orang untuk menangani 5.000 jiwa. Sekarang, tenaga medis yang tersedia bertambah menjadi 300 orang untuk menangani 120 ribu jiwa.
"Karena itu, masih banyak yang perlu dievaluasi dari KLB campak di Asmat ini," tuturnya.
Â
Saksikan juga video berikut ini :
Bantuan sedang didistribusikan
Selain itu, Steven mengungkapkan masalah medan yang berat turut menjadi kendala dalam pelayanan kesehatan pada masyarakat. Jarak antara distrik yang jauh dan badai laut kerap menghalangi kinerja petugas dalam melayani masyarakat terkait kesehatan.
"Masyarakat juga banyak yang belum sadar akan pentingnya kesehatan, terutama imunisasi," ungkap Steven.
Meski demikian, semua lini turun tangan dalam menangani masalah KLB tersebut. Saat dihubungi, Steven menerangkan beberapa pihak seperti, pemkot, dan TNI, tengah mendistribusikan bantuan ke distrik-distrik. Menurut instruksi Bupati Agats, penanganan akan dilakukan hingga Bulan Februari 2018.
Advertisement