Liputan6.com, Jakarta Wabah Ebola yang menyebar di Republik Demokratik Kongo telah menyerang 58 orang dan membunuh hampir setengah dari para pasien tersebut. Kejadian ini telah dikonfirmasi oleh Organisasi Kesehatan Dunia WHO pada 23 Mei 2018 waktu setempat.
Ini merupakan wabah Ebola kesembilan di negara tersebut sejak tahun 1976. Namun, bagaimana seandainya jika penyakit tersebut bisa diprediksi oleh ilmuwan hanya dengan melihat kelelawar?
Baca Juga
Melansir Live Science pada Kamis (24/5/2018), para peneliti saat ini sedang melakukan studi untuk itu. Mereka sedang mencoba untuk bisa memprediksi wabah ebola dengan melacak pola migrasi inang utama penyakit ini yaitu kelelawar.
Advertisement
Pekerjaan mereka ini telah dipublikasikan dalam jurnal Scientific Reports pada Selasa, 22 Mei 2018.
"Secara tradisional, para ilmuwan mempelajari (penyebaran) penyakit seperti Ebola dengan asumsi bahwa wabah itu bergerak secara seragam," kata rekan penulis studi Paolo Bocchini, profesor teknik sipil dan lingkungan di Lehigh University, Pennysylvania, Amerika Serikat.
Simak juga video menarik berikut ini:
Informasi Satelit
Bocchini dan rekan-rekannya menggunakan informasi satelit, serta data tentang tingkat infeksi. Mereka mengembangkan model yang mengikuti pola migrasi mamalia di Afrika tersebut, sehingga mereka bisa mengirim sumber daya ke daerah tersebut.
Apabila mereka bisa melihat gerakan kelelawar terkait dengan wabah Ebola, persiapan untuk melawan penyakit tersebut bisa dilakukan.
"Tujuannya adalah menggunakan model ini untuk memprediksi wabah Ebola di masa depan. Jika Anda tahu di mana risiko tertinggi dalam jangka waktu tertentu, Anda bisa secara khusus mengalokasikan sumber daya ke titik tersebut," ujar Bocchini.
Sumber daya tersebut termasuk vaksin, kampanye kesehatan masyarakat, hingga dokter. Sayangnya, ini terbatas.
Advertisement
Kunci Pengendalian Penyakit
"Identifikasi kemungkinan limpahan kelelawar ke manusia jelas penting," ujar Cameron Brown, asisten profesor matematika terapan di Universitas Lousiana, Lafayette yang tidak terlibat dalam studi ini.
Browne sendiri melakukan penelitian untuk melihat pemodelan matematika pada penyakit menular.
"Setelah titik diidentifikasi, bagaimana pun masih perlu strategi kontrol. Pada akhirnya, pengawasan melalui pemodelan akan menjadi kunci pengendalian penyakit," tambahnya.