Liputan6.com, Jakarta Stimulasi makanan atau aktivitas yang tepat pada bayi akan membuatnya tumbuh sehat dan cerdas. Tapi, Mommy Felicia Denisa dari Babyologist mengingatkan agar orangtua tak bablas atau overstimulasi ketika merangsang perkembangan otak bayi. Simak tips lengkapnya.
Bayi jika diberikan stimulasi sejak dini, termasuk dari segi nutrisi makanan atau permainan yang merangsang otak, maka ia akan menjadi lebih sehat dan cerdas. Pasti semua orangtua mau punya anak yang sehat dan cerdas, tapi hati-hati jangan sampai kebablasan/overstimulasi. Sederhananya, overstimulasi adalah ketika anak belum siap, tapi kita memberikannya stimulasi/rangsangan secara terus-menerus,
Baca Juga
Stimulasi sebenarnya bertujuan untuk membuat anak menjadi cepat bisa. Misalnya ketika kita mau anak cepat bisa merangkak, kita meletakkan barang-barang di depannya. Overstimulasi terjadi ketika dia sudah tidak mau merangkak, tapi kita tetap saja memaksakannya untuk latihan merangkak. Tiap anak itu beda-beda, ada yang sudah siap buat merangkak, ada juga yang belum. Ada yang sudah siap buat jalan, tapi ada juga yang belum. Selain itu, kita juga harus tahu minat dan kesukaan anak kita.
Advertisement
Overstimulasi bisa berdampak negatif buat perkembangan karakternya. Bukan hanya karakter, bisa juga overstimulasi berdampak ke fisik dan psikologisnya.Â
Â
Saksikan juga video berikut ini:
Â
Dampak Overstimulasi pada Bayi
Berikut adalah dampak overstimulasi pada bayi:
Emosian
Bayi jadi gampang marah, sering menangis dan susah ditenangkan, karena bosan dengan stimulasi yang terus-menerus diberikan. Hal ini akan membuat dia merasa tidak dipahami.
Kemampuan belajar menurun
Ketika diajar secara berlebihan dalam waktu singkat, anak malah akan kawalahan dan membuat proses belajarnya menjadi tidak maksimal.
Menolak dan memberontak
Bayi terus-terusan menolak stimulasi yang diberikan dan terlihat cuek serta kurang responsif. Kalau terjadi sampai si anak besar, maka ia bisa memberontak.
Dependent/tergantung
Karena terbiasa dikasih tahu, anak bisa menjadi pasif, dan hanya menunggu instruksi.
Berdampak pada fisik si anak
Misalnya ketika anak belum bisa duduk tapi tetap dipaksa duduk, nanti bisa berpengaruh terhadap struktur tulangnya.
Terkadang kebiasaan untuk menstimulasi anak secara berlebihan ini terbawa sampai dewasa. Contohnya ketika orangtua mengharuskan anaknya memperoleh nilai yang bagus, bahkan sampai suka dibadingkan dengan anak-anak lain, hal ini yang akan berdampak negatif terhadap perkembangan psikologisnya.
Jika mau stimulasi anak, lakukan tahap demi tahap, jangan dipaksakan. Misalnya, anak belum mau shake hand dengan orang yang baru dikenal, ya jangan dipaksakan, dicoba lain kali saja.
Semoga bermanfaat.
Advertisement