Lelahnya Urus Anak Laki-Laki, Bikin Elus Dada

Inilah kerepotan yang dihadapi para orangtua saat mengurusi anak laki-laki

oleh Liputan6.com diperbarui 18 Okt 2018, 10:00 WIB
Diterbitkan 18 Okt 2018, 10:00 WIB
Anak main di lantai (iStock)
Ilustrasi anak bermain di lantai (iStockphoto)

 

Liputan6.com, Jakarta Masing-masing anak memiliki tantangan tersendiri dalam mengasuhnya. Baik itu anak perempuan maupun anak laki-laki, punya karakter dan tempramen yang berbeda-beda. Karena itu, penting bagi orangtua untuk lebih peka mengenali kepribadian si Kecil.

Bagi Sahabat Dream yang memiliki anak lelaki, bersiap-siaplah. Anak lelaki lebih aktif secara fisik. Mereka sangat enerjik, suka sekali permainan fisik dan lebih agresif dibandingkan dengan anak perempuan.

"Meniru superhero favoritnya, berlari, melompat, menendang bahkan memukul. Semua dilakukannya karena anak merasa itu keren. Hal ini sangat wajar, perilaku anak lelaki memang cenderung agresif, tapi jangan dihadapi dengan sikap yang keras pula," ujar seorang psikolog, Ted Zeff, Ph.D

 

Teriakan Anak Laki-laki

Teriakan atau ancaman memang bisa menghentikan sikap anak yang tak terkendali secara cepat, tapi hal itu tak akan berlaku jangka panjang. Penting untuk melakukan filter terhadap apa yang dilihat, ditonton, dan didengarkannya.

"Anak lelaki lebih cepat dan sangat reaktif ketika melihat sesuatu yang bertema kekerasan. Pastikan tontonannya di rumah dikontrol dengan baik, televisi, dan gadget sangat mempengaruhinya," ucap Ted.

 

Energi

Energi anak lelaki begitu besar. Sangat disarankan untuk menyalurkannya melalui aktivitas permainan atau olahraga yang menguras fisik seperti memasukkan ke klub bola, les renang, bela diri, atau aktivitas lain yang disukainya.

"Energinya bisa tersalurkan dengan baik dan bisa membangkitkan kepercayaan dirinya. Anak pun sudah terlalu lelah untuk menonton televisi atau YouTube. Sesampainya di rumah biasanya mereka langsung terlelap," ungkap Zeff, dikutip dari Psychcentral.

 

Cara Berkomunikasi

Hal yang juga harus diperhatikan adalah membangun kebiasaan komunikasi yang efektif. Membuat anak terbiasa mengungkapkan perasaan dan emosinya tanpa menyakiti orang lain. Bagaimana caranya?

"Orangtua adalah contoh terbaik. Mulailah dulu bercerita pada anak apa yang dialami di kantor atau ketika bertemu orang lain. Contohkan padanya bagaimana bersikap, bersosialisasi. Anak laki-laki sangat membutuhkan contoh konkret sehari-hari," kata Zeff.

Penulis : Mutia / Dream.co.id

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya