Tingkat Stres Tinggi dan Upah Rendah, Dokter Hewan di Australia Berisiko Bunuh Diri

Hal tersebut juga membuat dokter hewan di Australia enggan kembali ke bisnis klinik hewan

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 30 Jan 2019, 10:00 WIB
Diterbitkan 30 Jan 2019, 10:00 WIB
20161116-Harimau-Mata-Juling-Australia-AFP
Harimau Bengal dari Taman Satwa Zambi di Sydney saat menjalani operasi penyembuhan matanya yang juling di Rumah Sakit Universitas Kedokteran Hewan di Camden, Sydney, Australia, Rabu (16/11). (AFP Photo/Toby Zerna)

Liputan6.com, Jakarta Pendapatan yang rendah ditambah tingkat stres yang tinggi menerpa dokter hewan di Australia. Hal ini juga menambah kekhawatiran akan tingkat bunuh diri di kalangan profesi tersebut.

Mengutip The Guardian pada Rabu (30/1/2019), survei Lincoln Institute menemukan bahwa hampir 90 persen pemilik dan manajer bisnis veteriner melaporkan kesulitan dalam mengisi lowongan dokter hewan selama dua hingga tiga tahun terakhir. 41 persen dari mereka menunggu lebih dari enam bulan, sementara 18 persen menunggu lebih dari dua tahun.

Kepala Lincoln Institute yang juga ahli bedah hewan Gary Turnbull mengatakan, kekurangan ini terkait dengan banyaknya dokter hewan yang meninggalkan profesi mereka. Bukan karena jumlah lulusan yang kurang.

"Saya telah menjadi dokter hewan selama 23 tahun, secara pribadi saya mulai mundur dari industri," kata Turnbull.

Survei lain menemukan, sekitar 37 persen dokter hewan mempertimbangkan untuk meninggalkan industri ini dalam setahun. 40 persen berencana meninggalkan pekerjaan mereka yang sekarang.

Saksikan juga video menarik berikut ini:

Tekanan yang tinggi

20161116-Harimau-Mata-Juling-Australia-AFP
Harimau Bengal usai menjalani operasi mata ringan di Rumah Sakit Universitas Kedokteran Hewan, Sydney, Australia, Rabu (16/11). Harimau ini dioperasi untuk memperbaiki kelainan pada matanya yang juling. (AFP Photo/Toby Zerna)

Tingkat stres, kondisi kerja yang buruk, serta upah yang rendah jadi tiga faktor utama banyak dokter hewan meninggalkan profesinya. 40 persen bahkan merekomendasikan untuk tidak menjadi dokter hewan.

Laman Australian Veterinary Association (AVA) mengemukakan bahwa dokter hewan di Australia memiliki risiko bunuh diri yang jauh lebih tinggi daripada populasi umum.

"Sementara profesional kesehatan lainnya seperti dokter, apoteker, dokter gigi, dan perawat sekitar dua kali lebih mungkin untuk melakukan bunuh diri daripada populasi umum, dokter hewan terbukti empat kali lebih mungkin menjadi korban bunuh diri," tulis organisasi tersebut.

Dokter hewan dari Animal Emergency Service, Matt Rosen mengatakan banyak rekannya yang telah bunuh diri. Dia mengakui, tekanan sering muncul dalam diri mereka. Baik secara emosional, hingga akibat bekerja selama berjam-jam.

"Biasanya orang yang masuk ke ilmu kedokteran hewan akan sangat termotivasi dan memberikan banyak tekanan pada diri mereka sendiri," kata Rosen seperti dikutip dari ABC.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya