Sekeluarga Sakit, Faisal Berhenti Kuliah demi Bantu Keluarga Meski Iritasi Usus

Berat badan mahasiswa Universitas Jember ini terus menurun karena sindrom iritasi usus, sementara sang ibu terkena gagal ginjal dan ayahnya lumpuh.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 08 Mar 2019, 17:00 WIB
Diterbitkan 08 Mar 2019, 17:00 WIB
Faisal (kiri) terkena sindrom iritasi usus yang membuat badannya mengurus, lalu sang ibu terkena gagal ginjal dan sang ayah salah satu kakinya lumpuh. (Foto: kitabisa.com)
Faisal terkena sindrom iritasi usus yang membuat badannya mengurus, lalu sang ibu terkena gagal ginjal dan sang ayah salah satu kakinya lumpuh. (Foto: kitabisa.com)

Liputan6.com, Jakarta Perjuangan berat tengah dihadapi Faisal dan keluarga. Bukan cuma dirinya yang sakit, sang ibu juga terkena gagal ginjal dan ayahnya tak bisa beraktivitas karena salah satu kaki lumpuh.

Akhmad Faisal Lutfi yang akrab disapa Faisal adalah mahasiswa Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Jember Jawa Timur. Sejak November 2017, mahasiswa berprestasi ini didiagnosisi sindrom iritasi usus.

Penyakit ini membuat Faisal harus banyak beristirahat. Ia tak lagi bisa mencari uang untuk membiayai kuliah dengan menjadi driver ojek online dan berjualan ayam krispi seperti biasanya.

Kondisi tersebut juga mengharuskannya mengambil cuti kuliah dan proses penyelesaian tugas akhirnya supaya dapat lulus kuliah menjadi tertunda sampai dengan saat ini. Hal ini dikarenakan sejak menderita IBS, berat badannya semakin turun dan fisiknya juga semakin lemah (mudah lelah).

Ditengah perjuangannya untuk sembuh dari sakit, Faisal harus menerima cobaan lain. Sang ibunda tercinta divonis menderita gagal ginjal stadium akhir pada April 2018.

Alhasil, dirinya pun bertanggung jawab tak hanya untuk kesehatan dirinya juga sang ibu. Memang, biaya cuci darah atau hemodialisis yang dilakukan setiap 2 kali seminggu ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Namun, ada beberapa obat-obatan yang harus ditanggung secara mandiri.

Biaya transportasi ke rumah sakit

Selain itu, hal memberatkan lainnya adalah biaya transportasi setiap kali cuci darah. Jarak rumah ke RSUD sejauh 50 km membuat keluarga ini harus menyewa mobil Rp300 ribu untuk mengantarkan sang ibu. Total biaya perbulan mencapai Rp3 juta untuk transportasi ke RSUD dan membeli obat-obatan yang tidak ditanggung oleh BPJS.

Bagi Faisal sekeluarga, biaya tersebut tidaklah sedikit. Apalagi dirinya sudah tidak bisa lagi bekerja. Pendapatan keluarga hanya bisa diandalkan dari sang bapak yang bekerja sebagai pembuat jala ikan. Tiap bulannya pendapatan sang bapak rata-rata Rp150 ribu.

Uang itu tentu saja tak cukup untuk menutupi kebutuhan hidup dan biaya pengobata. Aset berharga dan tanah pun sudah dijual. Namun, uang dari penjualan aset itu belum cukup untuk pengeluaran hidup dan perawatan kesehatan lanjutan.

Sang bapak pun sudah sulit untuk mendapatkan pekerjaan lainnya. Kaki kanan bapak Faisal sudah lumpuh akibat kecelakaan lalu lintas 11 tahun lalu. Untuk berjalan pun harus menggunakan tongkat.

Dulu, Faisal sempat berpikiran untuk melakukan upaya agar bapak bisa berjalan lagi. Yakni lewat amputasi kemudian mengganti dengan kaki palsu.

Namun, apa daya biaya operasi amputasi kaki yang amat besar dan harga kaki palsu yang cukup mahal, membuat Ia mengurungkan niat baiknya.

Yuk, bantu Faisal agar bisa kembali sehat dan kuliah lagi serta ayah dan ibunya bisa menjalani perawatan dengan berdonasi di Kitabisa https://www.kitabisa.com/kitabantufaisal.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya