Polusi Udara Dua Kali Lipat Lebih Mematikan Ketimbang Rokok

Ilmuwan menemukan bahwa polusi udara lebih mematikan daripada rokok. Hal ini karena udara yang buruk lebih sulit dihentikan ketimbang kebiasaan menghisap tembakau

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 17 Mar 2019, 11:00 WIB
Diterbitkan 17 Mar 2019, 11:00 WIB
Ilustrasi polusi udara
Ilustrasi polusi udara (iStock)

Liputan6.com, Jakarta Polusi udara menyebabkan kematian lebih banyak daripada rokok. Setidaknya, angkanya hampir dua kali lipat dari jumlah kematian sebelumnya.

Temuan ini diungkap dalam European Heart Journal pada Selasa lalu. Para ilmuwan menemukan bahwa 8,8 juta orang meninggal akibat polusi udara di 2015 meskipun perkiraan sebelumnya memproyeksikan 4,5 juta kematian.

"Ini berarti polusi udara menyebabkan lebih banyak kematian tambahan dalam setahun daripada merokok tembakau, seperti yang diperkirakan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) bertanggung jawab atas 7,2 juta kematian tambahan di 2015," kata rekan penulis studi profesor Thomas Münzel dari Departemen Kardiologi University Medical Centre Mainz seperti dikutip dari New York Post pada Sabtu (16/3/2019).

"Merokok bisa dihindari tetapi polusi udara tidak," kata Münzel menambahkan.

Simak juga video menarik berikut ini:

 

Penyakit akibat polusi udara

Polusi Udara di Beijing
Sejumlah warga mengenakan masker wajah berjalan menyusuri jalan pada hari yang tercemar polusi di Beijing, China (2/4). (AFP Photo/Fred Dufour)

Münzel mengatakan, jumlah kematian akibat penyakit kardiovaskular yang terkait dengan polusi udara saat ini jauh lebih tinggi daripada yang diperkirakan. Di Eropa misalnya, jumlah kematian hampir 800 ribu per tahun dan masing-masing kematian ini mewakili berkurangnya rata-rata harapan hidup lebih dari dua tahun.

Sudah jelas bahwa ada kaitan antara polusi udara dengan penyakit kardiovaskular dan pernapasan. Münzel menambahkan, kualitas udara yang buruk meningkatkan stres oksidatif dan merusak pembuluh darah. Kondisi tersebut berujung pada peningkatan tekanan darah, diabetes, stroke, serangan dan gagal jantung.

Dalam studi ini, para peneliti menggunakan model yang mensimulasikan proses kimia atmosfer, serta bagaimana mereka berinteraksi dengan sumber-sumber alami dan buatan manusia seperti pembangkit energi, industri, lalu lintas, serta pertanian.

Data dari model tersebut diterapkan dalam model lain dalam tingkat paparan global serta kematian. Mereka kemudian membandingkannya dengan informasi tentang kepadatan populasi, lokasi geografis, usia, faktor risiko beberapa penyakit, serta penyebab kematian dari WHO. Fokus dalam studi ini dikhususkan pada tingkat partikel halus di udara dan ozon.

Tidak hanya secara global, para peneliti juga melihat secara khusus negara-negara di Eropa dan 28 negara yang tergabung dalam Uni Eropa. Hasilnya, ditemukan 120 kematian tambahan setiap tahun per 100 ribu orang akibat polusi udara secara dunia.

Penelitian ini menjadi sebuah desakan bagi pemerintah dunia, untuk bekerja mengurangi polusi udara.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya