Nur Asia, Istri Sandiaga Uno yang Melahirkan di Usia 42

Liputan6.com, Jakarta Pada Debat Pilpres 2019 putaran ketiga, calon wakil presiden nomor urut 02, Sandiaga Uno, datang ditemani sang istri, Nur Asia.

Wanita yang mengenakan pakaian bernuansa biru tersebut duduk di bangku paling depan.

Debat yang berlangsung di Hotel Sultan pada Minggu malam, 17 Maret 2019, menghadirkan masing-masing calon wakil presiden. Keduanya menyampaikan visi dan misi yang berkaitan dengan pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, serta sosial dan budaya.

Dari dunia kesehatan, dua isu besar yang dibahas Ma'ruf Amin dan Sandiaga Uno mengenai BPJS Kesehatan dan stunting. Baik Ma'ruf maupun Sandiaga memiliki gagasan berbeda dalam menyelesaikan dua permasalahan tersebut bila terpilih.

Pada kesempatan itu, Sandiaga Uno sempat menyinggung perihal perjuangan Nur Asia dalam memberikan air susu ibu (ASI) untuk anak ketiganya, Sulaiman Saladdin Uno. Dari pernyataan yang dilontarkannya, diketahui bahwa sang istri melahirkan si bungsu pada usia 42 tahun.

"Saat melahirkan si bungsu Sulaiman, pada bulan ke-6, istri saya berhenti memberikan ASI. ASI-nya berhenti keluar. Ini karena faktor usia dan lain-lain. Dengan adanya cerita Sulaiman, yang juga bisa dialami ibu-ibu lain. Kami mengajak kontributor untuk menyediakan susu," kata Sandiaga Uno.

Dikutip dari sejumlah sumber, Nur Asia dipersunting Sandiaga Uno pada 28 Juli 1996. Alasan Nur menerima Sandiaga, lantaran dia melihat pribadi mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta itu sebagai sosok anak yang baik, juga pintar.

"Di guru buat saya, karena dia banyak mengajarkan saya dari kehidupan glamor sampai hal-hal yang sederhana," kata Nur Asia.

Hal ini dia sampaikan pada sebuah acara yang dipandu Rosiana Silalahi, sekitar Agustus 2018.

Pujian berikutnya yang diberikan wanita yang disapa Mpok Nur adalah cara Sandiaga Uno saat menghargai orang lain.

"Saya merasa cocok," ujarnya.

Banyak hal yang Nur dapatkan setelah menikah dengan Sandiaga. Pengusaha berkacamata itu mengajarkan sang istri bagaimana orang lain dapat melihat dirinya bukan karena harta yang dimiliki, melainkan perbuatan yang diberikan untuk orang lain.