Belajar dari Film Arctic, Ini Efek Cuaca Dingin Ekstrem pada Tubuh

Belajar dari film "Arctic" tentang bertahan hidup di daerah bersalju, ada efek cuaca dingin yang ekstrem pada tubuh.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 27 Mar 2019, 09:00 WIB
Diterbitkan 27 Mar 2019, 09:00 WIB
Colin O'Brady
Belajar dari film "Arctic", ada efek cuaca dingin ekstrem pada tubuh. (Dok.Instagram/@colinobrady/https://www.instagram.com/p/Br_ip5OlYif/Komarudin)

Liputan6.com, Jakarta Film Arctic yang dibintangi Mads Mikelsen sangat dinantikan penonton di seluruh dunia. Arctic menjadi salah satu pilihan resmi film di Festival Film Cannes 2018.

Film ini mengisahkan seseorang yang terdampar di daerah bersalju di Islandia. Ia harus berjuang untuk bisa bertahan hidup di tengah cuaca dingin yang ekstrem.

Menanggapi film yang bakal diputar 27 Maret 2019 ini dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, Vito A Damay menjelaskan efek cuaca dingin yang ekstrem terhadap tubuh.

“Berbagai kondisi di benua es itu salah satu tantangan terbesarnya adalah cuaca dingin yang ekstrem. Secara umum, cuaca dingin yang ekstrem menyebabkan tubuh mengalami hipotermia,” jelas Vito melalui pesan singkat kepada Health Liputan6.com ditulis Rabu (27/3/2019).

Hipotermia merupakan keadaan saat suhu tubuh menurun. Hal ini terjadi karena hilangnya panas tubuh dan ketidakmampuan tubuh menghasilkan panas yang cukup untuk menjalankan metabolisme yang normal.

Kehadiran angin akan memperberat kondisi karena sangat cepat menghilangkan panas tubuh. Pada orang yang lanjut usia (lansia) kondisi akan menjadi lebih buruk.

“Lapisan lemak di bawah kulit sudah menipis. Lansia akan mengalami penurunan kemampuan  untuk menilai suhu sekitarnya. Akibatnya mereka akan (mudah) mengalami hipotermia, bahkan tanpa mereka sadari,” ujar Vito. 

 

 

Simak video menarik berikut ini:

Dehidrasi dan iritasi

[Fimela] Kulit bibir pecah-pecah
Bibir bisa pecah-pecah dan dehidrasi. | unsplash.com

Saat tubuh dalam kondisi hipotermia, seseorang akan terancam dehidrasi. Kulit pun menjadi kering dan mudah iritasi atau pecah-pecah.

Vito menekankan bahwa sistem kekebalan tubuh akan berkurang ketahanannya pada cuaca dingin. Dampak yang terjadi penyebaran virus semakin rentan memasuki tubuh .

“Hati-hati bila terjadi luka. Aliran darah yang melambat akan menyebabkan kurangnya oksigen. Nutrisi dan kekebalan tubuh di lokasi luka juga berkurang. Proses penyembuhan jadi lebih lambat,” lanjut dokter yang berpraktik di Siloam Hospital Lippo Village, Karawaci ini.

 

Gejala hipotermia

Hipotermia
Hipotermia (iStockphoto)

Gejala hipotermia dapat terlihat tatkala seseorang menggigil, cenderung mengantuk, sulit menggerakkan tubuh dan memeroleh keseimbangan. Bahkan mengancingkan baju atau gerakan sederhana seperti membuka sarung tangan terasa sulit.

Orang yang mengalami hipotermia akan terlihat bingung dan sulit berkonsentrasi serta reaksi tubuh yang lambat. Ujung-ujung jari akan terasa nyeri dan sendi-sendi jadi kaku.

“Tubuh semakin sulit digerakkan. Cairan sendi tulang akan lebih kental dan mudah meradang. Kadang menyebabkan bengkak disertai nyeri,” papar Vito.

Pada kondisi seseorang yang mengalami frostbite. Tanda-tanda awal berupa ujung jari akan terasa bak ditusuk-tusuk jarum kecil. Kemudian jari terlihat pucat dan keras yang akan mengakibatkan kehilangan rasa sentuhan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya