Batuk dan Dada Nyeri, Gejala Awal Sutopo BNBP Sebelum Didiagnosis Kanker Paru

Di akhir 2017, Sutopo merasakan batuk lalu dada nyeri. Setelah memeriksakan diri baru diketahui ternyata ia terkena kanker paru.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 08 Jul 2019, 07:00 WIB
Diterbitkan 08 Jul 2019, 07:00 WIB
Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB Sutopo Purwo Nugroho
Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB Sutopo Purwo Nugroho memberikan pemaparan terkait dampak banjir bandang di Sentani, Jayapura di kantornya, Jakarta, Minggu (17/3). Sebanyak 4.000-an orang mengungsi akibat bencana alam itu. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Sejumlah pengobatan kanker paru telah dijalani Sutopo Purwo Nugroho. Mulai dari radiasi, Trans Arterial Chemo Infusion (TACI), kemoterapi di dalam dan luar negeri ia jalani untuk menghadapi kanker paru. Namun, Tuhan punya rencana yang lebih indah bagi Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) ini.

Sutopo meninggal dunia pada 7 Juli 2019 dini hari saat ia tengah menjalani pengobatan kanker paru di Guangzhou, Tiongkok.

Seperti kasus kanker paru pada umumnya, Sutopo juga tidak merasakan gejala yang khas. Berawal dari batuk-batuk di akhir 2017, ia merasa ada sesuatu pada tubuhnya.

"Sebelum Gunung Agung meletus, mulai merasa batuk-batuk tapi seperti enggak batuk beneran. Ini biasa saja. Saya kasih minum obat seperti OBH sembuh, tapi kambuh lagi," kata Sutopo saat ditemui Health-Liputan6.com di kantornya Jalan Pramuka, Jakarta pada Agustus 2018.

Tak cuma batuk, pada saat itu ia juga merasakan tulangnya nyeri. Namun, ia tidak berpikir itu kondisi yang parah.

Baru, pada November 2017, dadanya kirinya nyeri. Berhubung takut terkena penyakit jantung, langsung saja ia memeriksakan kondisinya ke dokter spesialis jantung dan pembuluh darah.

"Dokter mengatakan bahwa jantung saya sehat semuanya," kata pria asal Boyolali, Jawa Tengah itu.

Ia kemudian juga menemui dokter spesialis penyakit dalam. Saat itu diduga asam lambungnya naik sehingga membuat dada kiri nyeri. "Saya dikasih obat, sempat reda sedikit terus kok sakit lagi," ceritanya.

Masih penasaran dengan kondisi yang dialami Sutopo kemudian mencoba konsultasi ke dokter spesialis paru di sebuah rumah sakit dekat rumahnya di Cibubur.

"Ah, terus saya coba ke (dokter) paru-paru, tidak ada rekomendasi suruh kesana , saya cuma kira-kira aja, inisiatif sendiri ya akrena batuknya itu lho," tuturnya.

Dokter kemudian meminta ia menjalani berbagai pemeriksaan seperti rontgen dan CT Scan. Hasilnya pun keluar. "Sampeyan sakit kanker paru-paru stadium IV," kata Sutopo menirukan ucapan dokternya itu.

Syok, tentu saja hal pertama yang ia rasakan. "Tapi antara saya percaya enggak percaya, ah mungkin salah diagnosis," tuturnya.

 


Cari Second Opinion

Sutopo Purwo Nugroho sang informan bencana dari BNPB yang tetap gigih sebarkan informasi saat sakit. (Foto: Benedikta Desideria/Liputan6.com)
Sutopo Purwo Nugroho sang informan bencana dari BNPB yang tetap gigih sebarkan informasi saat sakit. (Foto: Benedikta Desideria/Liputan6.com)

Lalu, ia mencari second opinion. Sutopo bertanya-tanya ke teman-teman tentang rumah sakit yang baik soal kanker. Salah seorang teman kemudian bercerita bakal kontrol di sebuah rumah sakit di Malaysia. Sutopo pun ikut ke sana.

"Terus diperiksa macam-macam, hasilnya sama, dokter mengatakan saya kanker paru-paru," cerita Sutopo saati itu.

Syok yang ia rasakan juga diiringi keikhlasan.

"Ah, tapi kan hidup mati di tangan Allah," tuturnya.

"Ya udahlah, garis tangan saya seperti ini."

 


Jalani Pengobatan di Indonesia

Perjuangan Sutopo (Sumber: Instagram/@sutopopurwo)
Perjuangan Sutopo (Sumber: Instagram/@sutopopurwo)

Dia pun kemudian menceritakan diagnosis kedua kepada sang istri. Berdasarkan saran sang istri, Sutopo menjalani pengobatan kanker paru di Indonesia.

Ia kemudian menjalani berbagai pengobatan di Indonesia seperti radiasi, kemoterapi dan TACI. Terkadang ia juga minum herbal.

Penyakit kanker paru membuat tubuhnya menyusut berat badannya turun hingga 21 kg yakni menjadi 69 kg. Celana kerjanya harus dikecilkan karena perubahan signifikan pada berat badannya.

Di tengah pengobatan kanker, dedikasi Sutopo untuk memberitakan informasi bencana tak surut. Bahkan, pernah sebelum menjalani terapi TACI, ia mendapat berita longsor di Brebes, Jawa Tengah. Langsung, ia bergerak mencari informasi kemudian menulis rilis lalu mengirimkan kepada wartawan.

"Selesai itu, baru saya masuk ruangan (untuk TACI)," ceritanya.

 


Terus Membagikan Informasi Bencana Saat Sakit

Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB Sutopo Purwo Nugroho
Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan alur terjadinya banjir yang menerjang Sentani di Jayapura, di kantornya, Jakarta, Minggu (17/3). BNPB mencatat korban meninggal sudah mencapai 58 orang. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Terus membagikan informasi bencana saat sakit rupanya memberi pengaruh positif pada dirinya.

"Saya justru pas ada kejadian begitu sakitnya berkurang, karena teralihkan. Ya sudah saya pilih ngelayanin masyarakat saja," tuturnya.

Sutopo kemudian menjalani pengobatan di Guangzhou, Tiongkok. Pada, Sabtu, 15 Mei 2019, Sutopo mengunggah video yang menampilkan suasana terminal keberangkatan luar negeri di Bandar Udara Soekarno Hatta.

Dengan suara lirih, Sutopo berpamitan dan mohon doa restu melalui video tersebut.

"Saat ini saya masih di Bandara Internasional Soekarno Hatta dalam rangka menuju ke Guangzhou China untuk berobat dari penyakit kanker yang makin menggerogoti dan makin menyakitkan," ucapnya.

 

 

Selamat jalan, Sutopo... Sosokmu akan selalu menginspirasi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya