Liputan6.com, Jakarta Tuberkulosis (TB) masih menjadi ancaman di seluruh dunia. Saat ini, kaum muda menjadi kelompok usia yang paling terbebani akan penyakit tersebut.
"Kerugian sampai berakibat pada kematian, tidak hanya berisiko terjadi pada mereka sendiri namun juga bagi keluarga mereka," kata Dr. Tereza Kasaeva, Director Global TB Programme, World Health Organization (WHO) dalam konferensi persnya di Jakarta Selatan, ditulis Selasa (16/7/2019).
Baca Juga
Setiap tahunnya lebih dari 10 juta orang di dunia menderita tuberkulosis, kata Tereza, lebih dari 1,6 juta orang di antaranya meninggal akibat penyakit tersebut. Mirisnya, sepertiga orang dengan tuberkulosis kesulitan mengakses layanan kesehatan.
Advertisement
Maka dari itu, kaum muda punya peran untuk meningkatkan kesadaran akan penyakit pencegahan ini, pengobatan pada pasien, serta menghilangkan stigma bagi penderitanya.
"Kita membutuhkan seluruh upaya untuk mengakhiri TB, untuk memastikan tidak ada kaum muda yang tertinggal khususnya dalam memperoleh akses pada layanan kesehatan dan melibatkan mereka dalam proses pembuatan keputusan di seluruh lapisan secara bermakna," kata Tereza dalam acara Youth Town Hall.
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Pemanfaatan Teknologi untuk Kampanye TB
Madhusudan Kaphle, penyintas TB Youth TB Advocate TB Free World juga senada dengan Tereza. Kaum muda yang lebih akrab dengan perkembangan teknologi, sesungguhnya juga bisa melakukan kampanye terkait isu-isu TB lewat media yang ada.
Beberapa dari masalah tersebut adalah bagaimana menghilangkan sikap diskriminatif dan stigma pada pasien, membangun kesadaran yang lebih tinggi tentang TB dan dampaknya, pemberdayaan pasien agar tetap produktif, serta advokasi dan dukungan finansial.
"Jadi kenapa kita tidak memakai platform digital semacam ini untuk menyebarkan pesan pada komunitas, juga untuk memberikan pesan bagi sistem kesehatan. Jadi kaum muda bisa melakukan ini, inilah ide dasar kami," kata Kaphle pada kesempatan yang sama.
Menurutnya, ini harus dilakukan tidak hanya untuk tuberkulosis tetapi juga semua isu kesehatan.
Advertisement
Harapan untuk Kaum Muda
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dr Wiendra Waworuntu mengatakan anak muda punya peran dalam program eliminasi tuberkulosis tahun 2030.
"Kita punya harapan pemuda mampu memberikan informasi kepada masyarakat tentang bagaimana cara pencegahan, penularan, dan dia menjadi garda terdepan apabila ada stigma," kata Wiendra.
Kaum muda sendiri diharapkan juga bisa menjadi pendamping atau pengawas pasien itu sendiri. Wiendra mengungkapkan, angka penderita TB tertinggi adalah di usia produktif.
"Saat ini, Indonesia memang peringkatnya sudah turun dari nomor dua menjadi nomor tiga, tapi bukan berarti ini membuat kita bangga. Ini adalah tantangan."
"Saya punya harapan untuk menemukan penderita tuberkulosis sebanyak-banyaknya, kita obati sampai sembuh," imbuh Wiendra.