Bonus Demografi Bagi Gubernur Bangka Belitung Sebuah Tantangan

Gubernur Bangka Belitung beranggapan bahwa bonus demografi merupakan sebuah tantangan

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 14 Sep 2019, 06:00 WIB
Diterbitkan 14 Sep 2019, 06:00 WIB
Gubernur Bangka Belitung, Erzaldi Rosman, Bonus Demografi
Menurut Gubernur Bangka Belitung, bonus demografi sebenarnya merupakan sebuah tantangan. Masyarakat jangan merasa seolah-olah bakal mendapatkan bonus demografi tersebut (Liputan6.com/Aditya Eka Prawira)

Liputan6.com, Pangkalpinang - Gubernur Bangka Belitung, Erzaldi Rosman, tidak mau terbuai dengan bonus demografi yang belum tentu bisa didapatkan.

Menurut Erzal, kalau penduduk Bangka Belitung sudah merasakan mendapatkan bonus demografi padahal belum tentu, itu bisa berbahaya.

"Pola pikir kita sudah beranggapan ini bonus. Jangan. Jangan menganggap bonus itu sudah kita dapatkan," kata Erzal di acara Sarasehan Nasional Pembangunan Berawasan Kependudukan di Gale-Gale Ballroom, Pangkalpinang pada Jumat, 13 September 2019.

Bonus demografi selama ini selalu dianggap menguntungkan karena besarnya jumlah penduduk Indonesia dengan usia produktif. Namun, bagi Erzal ini justru merupakan sebuah tantangan.

"Bonus demografi di mana jumlah penduduk aktif kita besar. Itu harus kita manfaatkan mendapatkan bonus. Kalau tidak kita dapatkan, bencana malah. Hati-hati," ujarnya.

 

Pembangunan Berfokus pada Keluarga

Gubernur Bangka Belitung, Erzaldi Rosman, Bonus Demografi
Gubernur Bangka Belitung, Erzaldi Rosman, pembangunan jangan hanya berfokus pada infrastruktur semata, tapi orang yang memanfaatkan hasil dari pembangunan ini juga harus dibangun (Liputan6.com/Aditya Eka Prawira)

Pada Sarasehan yang merupakan kerjasama antara pemerintah provinsi Bangka Belitung dengan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) dan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Erzal berharap agar pembangunan atau rencana penganggaran di negara ini berfokus juga pada keluarga.

Erzal mengatakan bahwa keluarga merupakan suatu kekuatan yang sangat mendasar. Kalau keluarga kuat, negara pun akan kuat.

"Kalau sekarang masih setengah-setengah. Masih terlalu berpikir kepada anggaran misalnya pada kebendaan seperti jalan, infrastruktur," katanya.

"Sebetulnya, orang yang memanfaatkan hasil dari pembangunan ini juga harus dibangun. Apalah artinya pembangunan, tetapi masyarakatnya tidak merasa terbangunkan," ujarnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya