Liputan6.com, Jakarta Elliott Rossiter tiba-tiba mengalami ereksi ketika sedang mengunjungi teman-temannya di Perancis. Padahal, pria asal Inggris itu sedang tidak terangsang.
"Saya mencoba menghentikannya, tetapi tidak bisa," kata pria yang tinggal di Bristol itu pada South West News Service.
Advertisement
Baca Juga
Rossiter tidak menyangka ereksi tersebut tidak berhenti hingga 19 jam kemudian. Rossiter kemudian dibawa ke sebuah klinik dan mendapat suntikan obat anti-inflamasi dan steroid. Namun, tetap tak terjadi reaksi apapun.
Advertisement
"Saya hampir tidak bisa berjalan, rasanya menyakitkan," kata pria 41 tahun itu seperti dilansir dari New York Post pada Senin (23/9/2019).
Rossiter mengatakan bahwa ereksi yang dia alami berbeda dari yang dialami biasanya. Dia ketakutan dan mengira penisnya tak akan kembali pulih. Bahkan, dia mengatakan organ intimnya terasa sakit saat terkena sentuhan pakaian.
Simak juga Video Menarik Berikut Ini
Tak Terkait dengan Gairah
Dokter mendiagnosisnya dengan priapismus atau ereksi berkepanjangan di luar keinginan. Kondisi tersebut seringkali tidak ada kaitannya dengan seks atau gairah.
"Darah baru saja terkumpul di penis dan tidak mengering. Saya sangat takut," ujarnya. Dia menambahkan jika tidak segera dioperasi, penisnya akan mati.
Karena itu, setelah 36 jam penderitaan, para dokter pun membuat sebuah lubang kecil di pangkal penis pria itu. Dari situ, darah yang terkumpul dialirkan ke ke luar. Operasi ini berhasil meskipun meninggalkan bekas luka kecil.
Ketika Rossiter mengembangkan kondisi tersebut, dia diketahui sedang mencoba mengatasi kecanduan obat penghilang rasa sakit, yang digunakannya usai kecelakaan ski. Namun, dokter belum menemukan dengan pasti apa penyebab ereksi terlalu lama yang dialami pria itu.
"Saya tidak pernah mengalami hal seperti itu dan tidak ingin lagi," katanya.
Medical News Today menytakan bahwa obat-obatan tertentu seperti antidepresan, pengencer darah, hingga untuk disfungsi ereksi, bisa menyebabkan priapisme. Beberapa obat terlarang seperti kokain dan ekstasinya ditenggarai bisa memicunya.
Advertisement