Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

LanjutkanStop di Sini

Punya Kondisi Langka, Penis Pria Ini Patah Dua Kali

Dalam waktu sekitar lima bulan, pria ini mengalami penis patah dua kali dan harus melakukan operasi

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 02 Okt 2019, 23:59 WIB
Diterbitkan 02 Okt 2019, 23:59 WIB
Dua penis
Pria ini mengalami patah penis dua kali dalam waktu berdekatan (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Fraktur penis atau patah pada organ intim pria jelas terdengar menakutkan bagi laki-laki. Walaupun begitu, pernahkah Anda membayangkan jika itu terjadi dua kali seperti kasus ini.

Dalam sebuah catatan kasus di Urology Case Reports, para dokter menemukan seorang pria yang datang untuk mencari perawatan medis terhadap nyeri dan pembengkakan di batang penisnya yang sudah terjadi selama 10 hari.

Dilansir dari Men's Health pada Rabu (2/10/2019), kepada para dokter di Johns Hopkins James Buchanan Brady Urological Institute, pria 41 tahun ini mengira bahwa patah penis bisa sembuh dengan sendirinya seperti pergelangan tangan yang terkilir.

Pria itu akhirnya menjalani operasi darurat untuk memulihkan kondisi organ intimnya. Ternyata sekitar lima bulan sebelumnya, dia telah mendapatkan prosedur serupa dengan kasus yang sama.

Simak juga Video Menarik Berikut Ini

Punya Kondisi Langka

20160525-Ilustrasi Alat Kelamin Pria-iStockphoto
Pria ini mengalami patah penis dua kali dalam waktu berdekatan (iStockphoto)

Pemeriksaan melaporkan bahwa pasien memiliki Ehler's Danlos Syndrome (EDS). Kondisi genetik itu menyebabkannya mengalami hipermobilitas atau tubuh yang sangat lentur, kulit memelar, serta jaringan yang mudah memar.

Para dokter sendiri masih ragu untuk mengaitkan kasus patah penis dengan EDS yang dialami pria itu. Walau begitu, risiko fraktur alat kelamin memang jauh lebih tinggi pada mereka yang memiliki kondisi genetik itu.

"Pada akhirnya, tidak jelas apakah pasien mengalami fraktur penis yang terbaru karena ereksi melemah oleh cedera awal atau penyembuhan jaringan menyimpang yang disebabkan oleh EDS-nya," tulis para dokter.

Ahli urologi Rich Viney di Birmingham, Inggris mengatakan pada MailOnline bahwa dua kondisi tersebut sesungguhnya masalah yang jarang terjadi.

"Sehingga hampir tidak mungkin untuk membuktikan hubungan antara keduanya," kata Viney.

Walaupun begitu, dia menyarankan pria dengan EDS sebaiknya tidak terlalu mengeluarkan tenaga saat berhubungan seks, serta menggunakan lebih banyak pelumas.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya